PEMBIASAAN
LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH
BERAJI GAPURA SUMENEP
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
FATHOL
AMIN
NIM.2010129180544
NIMKO.2010.4.129.0002.1.00524
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KARIMIYYAH
PRODI KEPENDIDIKAN ISLAM
MEI 2014
PROPOSAL SKRIPSI
PEMBIASAAN LATIHAN
PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-karimiyyah
Untuk memenuhi
salah satu persyaratan
Dalam
menyelesaikan Program Sarjana
Kependidikan
Islam
OLEH:
FATHOL AMIN
NIM.2010129180544
NIMKO.2010.4.129.0002.1.00524
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KARIMIYYAH
PRODI
KEPENDIDIKAN ISLAM
MEI
2014
PERSETUJUAN
PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI
Proposal
Skripsi oleh:
Nama :
FATHOL AMIN
NIM : 2010129180544
Judul
: PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK
PESANTREN AL-KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP
Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Sumenep mei
2014
Pembimbing
1
ABD.
KADIR, M.Pd
NUP.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur tentunya tak pernah lupa peneliti panjatkan kepada Ilahi Rabbi, yang tak
henti-henti menabur rahmat dan hidayah serta ma’unahnya kepada sekalian makhluk
yang berada di jagat raya ini, dan tak pernah luput pula Allah menggariskan
takdir yang telah di tetapkanNya, sejak Alam azali hingga kelak akhir
kehidupan. Peneliti tidak memiliki daya kekuatan tanpa pertolonganNya, hingga
mulai awal sejak akhir penggarapan penelitian ini tidak pernah terlepas dan
pantauan dan KehendakNya.
Solawat
beserta salamnya semoga saja tetap mengalir deras keharibaan Baginda Rasul
kekasih Allah, dan keluarga, sahabat juga orang-orang yang mengikuti jalan
beliau hingga akhir zaman, Amin.
Penulisan
proposal ini tentunya sebuah tugas yang dibebankan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun Akademik 2013/2014, dalam
rangka mendapatkan gelar Serjana.
Peneliti ucapkan banyak-banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penggarapan Proposal Skripsi ini,
sehingga dengan bantuan yang berupa tenaga maupun pikiran dan mental akhirnya
Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan juga. Akhirnya dengan pengharapan yang
dalam kepada Allah,SWT semoga penelitian ini bermanfaat dan paling tidak
memberikan konstribusi pemikiran sekalipun secuil untuk kita semua.
Karena
kesempurnaan hanya Milik Allah, maka peneliti yakin bahwa penelitian ini jauh
dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian
ini peneliti sangat mengharapkannya.
Sumenep mei 2014
Penulis
FATHOL AMIN
PEMBIASAAN LATIHAN
PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH BERAJI
GAPURA SUMENEP
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
A.
Latar Belakang
Pengertian
Dakwah menurut bahasa adalah penyiaran, propaganda, penyiaran agama dan
pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan
mengamalkan ajaran agama.
Berbicara dakwah
tentunya yang ada dibenak kita adalah para muballig (yang
menyampaikan), para da’i (orang
yang mengajak), para kiyai serta orang-orang yang kokoh Agamanya yang sudah
hafal Alqur’an dan hadis, padahal lebih jauh dari itu setiap diri kita da’i (orang yang mengajak)
dan memiliki kewajiban untuk berdakwah sekalipun tidak untuk orang lain paling
tidak kepada diri sendiri, sebagaimana sabda Rasul yang berbunyi: Sampaikan dariku walaupun satu ayat.
Namun sekalipun
begitu tidak semua orang akan bisa menjadi da’i, karena menjadi da’i tidak
mudah, tanpa memiliki ilmu mustahil akan berdakwah atau menjadi da’i,
sebagaiman sebuah pepatah”orang yang
tidak memiliki apa-apa tidak akan dapat memberikan apa-apa” kalau
ditarik benang merah dari pepatah itu maka dapat dipahami, kalau tanpa bekal dakwah maka tidak akan dapat berdakwah” logikanya
mana bisa kenyang kalau tanpa makan, mana bisa tahu seperti apa rasanya, kalau tak pernah
merasakan, begitulah paparan-paran lain tentang atau kaitan sebab akibat yang
menjadi rumus kehidupan.
Di
pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, ada berbagai kegiatan-kegiatan
yang mengarah pada pematangan mental, sebab sekian banyak kegiatan jika tak
pernah teruji maka itu hanya akan menjadi hipotesa saja atau hanya menjadi
teori yang tak ilmiah, oleh sebab itu peneliti ingin sekali menelusuri sebagian
kegiatan yang mengarah pada pematangan mental yang kini akan peneliti teliti di
pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep dengan judul” Pembiasaan
Latihan Pidato Dalam Meningkatkan Mentalitas Dakwah Santri Pondok Pesantrean Alkarimiyyah
Beraji Gapura Sumenep Tahun Ajaran 2013/2014”
Berpidato
itu mudah namun tidak semua orang bisa melakukannya, sebab berpidato tidak
hanya memiliki modal pandai bicara akan tetapi bagaimana seorang pembicara itu
mampu mengajak pendengar tenggelam dalam pembicaraannya. seperti itu juga berdakwah, namun bukan berarti tidak
bisa dilakukan, sebab tidak ada Sesuatu yang sulit bagi mereka yang benar-benar
ingin melakukannya. Sekalipun dengan beberapa cara yang akan ditempuh untuk
memproyeksi dirinya menjadi bisa dari asal tak bisa menjadi bisa, menjadi
bernilai dari awal Nol. Begitulah proses kehidupan penuh dengan perputaran,
penuh dengan tangga, penuh dengan proses kesempurnaan, bagi siapa yang tak mau
berproses maka ia tidak akan pernah berubah, ia akan tetap diam ditempat tak
akan maju atau mundur tak akan naik atau turun.
Peneliti
begitu tertarik untuk meneliti latihan pidato (Mukhadaroh/khitobah) yang di
adakan setiap dua pekan satu kali di pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji
Gapura Sumenep, karena begitu penting rasanya untuk diketahui lebih jauh,
apakah ada peran penting pembiasaan
latihan pidato dalam meningkatkan mentalitas Dakwah di pondok pesantren
Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014.
B. Rumusan
Masalah
Dengan beberapa
ulasan di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Strategi pembiasaan latihan pidato di
Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014?
2.
Bagaimana mentalitas Santri dengan adanya pembiasaan latihan Pidato di
Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan
Rumusan masalah di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
1.
Bagaimana Strategi pembiasaan latihan Pidato di
Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014.
2.
Bagaimana Mentalitas Santri dengan adanya pembiasaan latihan Pidato di
Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014.
D. Kegunaan
Penelitian
Diharapkan
penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:
1.
Sebagai
pengembangan teori, bahwa dengan adanya penelitian ini bukan berarti sudah
cukup? dengan kata lain tidak perlu memerlukan refrensi-refrensi lain, akan
tetapi penelitian ini hanya sebagian kecil dari refrensi-refrensi yang sudah
ada ditangan pembaca, oleh sebab itu penelitian ini disusun untuk mengembangkan
teori yang dan juga sebagai tambahan wawasan kepada peneliti hususnya dan
kepada pembaca umumnya.
2.
Semoga
penelitian ini dapat bermamfaat bagi objek yang menjadi tempat penelitian yaitu
Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga dengan hadirnya
hasil penelitian ini, dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada lembaga tersebut,
dan bisa merealisasikan makna yang tersirat di dalam penelitian ini.
3.
Kepada
STIT (Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-karimiyyah), sebagai tambahan koleksi perpustakaan yang
nantinya dapat dimanfaatkan
oleh generasi penerus yang akan berlangsung di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Al-karimiyyah), dan paling tidak sebagai pemenuh Al-mari perpustakaannya.
4.
Kepada
Santri, tentunya bagi mereka yang benar-benar ingin berkiprah di dunia Dakwah
maka penelitian ini pas untuk di dalami dan dibaca, agar dapat membantu dan memberikan
sedikit bekal jalan menuju
Dakwah.
5.
Kepada
Masyarakat Umum dengan penelitian ini nantinya akan memberikan kemudahan untuk
menempuh jalan Dakwah, dan mempermudah menemukan refrensi yang berhubungan
dengan Dakwah.
E. Alasan
pemilihan judul
Bukan hanya
dengan modal judul ini di Acc oleh pembimbing, akan tetapi karena setidaknya
ada dua factor atau dua Alasan yang mempengaruhi peneliti untuk memilih judul
ini, yaitu: alasan secara objektif dan alasan secara subjektif yang nantinya
akan diurai lebih jelas di bawah ini.
1.
Alasan
secara objektif dan subjektif
a.
Pembiasan
latihan pidato dalam meningkatkan
mentalitas dakwah santri pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep
Tahun 2013/2014, merupakan judul
penelitian yang memberikan satu tendangan yang sangat kuat bagi peneliti untuk
diteliti, karena peneliti melihat adanya realita yang terurai di Pondok
pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tentang penerapan kegiatan
muhadarah/khitobah (kegiatan
latihan berpidato), yang diadakan setiap dua pekan satu kali namun makna dan
tujuannya tidak pernah ada dibenak para santri.
b.
Pentingnya
mempersiapkan kader penerus dalam mingkatkan mentalitas dakwah dengan cara
mengadakan latihan-latihan yang mengarah pada kecakapan dan kemampuan serta
kematangan mental pendakwah.
c.
Sepanjang
pengetahuan peneliti judul ini masih belum ada yang pernah meneliti sehingga
dengan alasan itu juga peniliti ingin memberikan satu sumbangsih pemikiran yang
nantinya biasa bermamfaat paling tidak sebagai tambahan wawasan dan pengalaman
baru bagi peneliti sendiri husunya dan bagi pembaca umumnya.
d.
Pentingnya
masalah yang terurai dalam isi judul di atas untuk dibiaskan atau diketuk
tularkan kepada Santri Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep
Tahun 2013/2014, agar menemukan garis terang bahwa pembiasaan latihan pidato
berdampak meningkatkan mentalitas
dakwah.
e.
Objek
penelitian berada di tempat domisili
peneliti yaitu Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga
peneliti mudah dalam mengumpulkan data-data penelitian.
f.
Adanya
kesanggupan peneliti untuk meneliti di Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji
Gapura Sumenep.
g.
Adanya
bahan bacaan sebagai refrensi untuk mengarahkan dan memberikan sumbangsih
pemikiran.
h.
Adanya idzin dari pihak lembaga untuk meneliti
lembaga tersebut.
F. Ruang
Lingkup Penelitian
Agar
penelitian ini tidak simpang siur maka peneliti memberikan ruang lingkup atau
batasan penelitian dengan fokus bahasan sebagai berikut:
1.
Ruang
lingkup materi
a.
Bagaimana
Agar santri Pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun
2013/2014 supaya telaten dalam membiasakan latihan pidato berikut dengan
tatacara pidato yang baik yang mampu mengikat banyak pendengar sehingga terbawa
kedalam pembicaraan dan tujuan pembicara.
b.
Bagaimana
agar Santri pondok pesantren Al-karimiyyah memiliki mentalitas dakwah yang
tinggi dengan adanya kegiatan latihan muhadarah/khitobah (latihan pidato)
tersebut.
2.
Ruang
lingkup Lokasi
Adapun
Lokasi Objek penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Pondok Pesantren
Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, merupakan pondok Pesantren yang memberikan
semangat juang bagi peneliti karena banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat
mengasah dan mengembangkan mental Santri.
G. Batasan
istilah dalam judul
untuk
memperjelas arah bahasan penelitian maka peneliti memberikan batasan-batasan
istilah dalam judul supaya tidak membingungkan dan menyalah tafsirkan, sehingga
dengan adanya batasan istilah dalam judul dapat dipahami dengan mudah.
a.
Pembiasaan
dari kata dasar Biasa yang bermakna: wajar, umum, sesuatu yang lazim terjadi
atau lazim dijumpai sebagaimana yang sudah-sudah; seringkali terjadi.
sehingga pembiasaan dapat diartikan sebagai, pewajaran, menjadikan umum,
pelaziman dan menjadikan lazim.
b.
Pidato
adalah The art of persuasion (seni
membujuk atau mempengaruhi)
Berpidato
adalah menyampaikan gagasan, pemikiran dari seorang pembicara kepada Audien (pendengar).
c.
Dakwah
adalah kegiatan keagamaan yang sifatnya menyiarkan dan mengajak mengamalkan kebaikan
sesuai ajaran yang benar; propaganda atau siaran agama.
d.
Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran
dan ilmu pengetahuan agama islam (tafaqquh
fi al-din) melalui buku-buku klasik atau modern yang berbahasa arab.
H. Kajian
Pustaka
A.
1.Pengertian pidato
Pidato
menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Pidato adalah penyampaian gagasan,
pikiran atau imformasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience)
dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion yaitu sebagai seni membujuk atau merayu serta
mempengaruhi. Berpidato sangat erat hubungan dengan retorika yaitu seni
menggunakan bahasa dengan efektif.
Berpidato
merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato
memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa
lisan yang didukung oleh aspek non bahasa, seperti ekspresi wajah, kontak
pandang, dan intonasi suara.
Dengan
demikian berpidato membutuhkan keahlian sehingga tidak semua orang pandai
berpidato sekalipun berpidato gampang dan mudah dilakukan, sebagaimana yang
telah terdefinisikan di atas bahwa berpidato adalah proses penyampaian gagasan,
pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience)
dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion yaitu sebagai seni membujuk atau merayu serta
mempengaruhi. Berpidato sangat erat hubungan dengan retorika yaitu seni
menggunakan bahasa dengan efektif. Kemudian lebih jauh daripada itu pidato yang
baik akan memberikan dampak yang akurat pada audien, jika orang yang menyampaikan pidato banyak memiliki
pengalaman dan berwawasan tinggi, maka biasanya ia akan lebih enak dinikmati
sementara jika yang menyampaikan pidato adalah orang yang kurang pengalaman dan
sedikit wawasan yang dimilikinya maka pidato orang yang demikian itu akan
membosankan audien. Sehingga
pengalaman dan wawasan yang dimiliki oleh seseorang yang akan berpidato akan
mempengaruhi terhadap jalannya pidato yang akan disampaikan.
1.
Memahami prinsip dasar berbicara di depan Umum (public speaking)
Sebelum
menjadi seorang pembicara di depan Umum yang baik maka perlu melewati beberapa
tahap persiapan, berikut ini yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang
pembicara yang baik. Dalam buku yang berjudul 9 tahap mempersiapkan pidato dan
Mc karya Drs. Rendra Badudu dan Dewi shinta,SS,M.Hum. (2013:13-15) menjelaskan
bahwa beberapa hal yang perlu dilewati seorang pembicara yang baik seperti
sebagai berikut:
Ø Tehnik berbicara
Hal-hal yang amat penting yang menjadi perhatian di
depan Umum adalah tehnik berbicara, sebab tehnik berbicara ini sangat mendukung
terhadap kesuksesan public speaking dari segi penyampain olah suara
(vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan, maka hal-hal yang perlu dilatih
berhubungan dengan problem di atas adalah sebagai berikut:
a.
Melatih suara:
Suara
merupakan salah satu bagian terpenting dalam seni berbicara, karena suara yang
baik akan menghadirkan suasana yang hidup, sekalipun setiap orang memiliki
suara yang berbeda-beda namun hal itu tergantung bagaimana dalam pengolahan
suara yang bercirikan khas dan unik. Hal tersebut dapat diproleh melalui
latihan-latihan secara teratur dan terarah, dengan latihan secara teratur akan
menghasilkan suara yang berkualitas dan berciri khas. Perlu diperhatikan bahwa
memang ada orang yang memiliki suara yang keras, ada yang memiliki suara yang
rendah. Suara yang rendah kiranya akan menyulitkan seseorang jika tampil
dibalik keramaiyan sementara orang yang memiliki suara keras belum tentu dapat
menyampaikan isi dari pembicaraannya secara utuh.
Adapun
yang menjadi perhatian:
1). Intonasi: suara
tidak datar dan seharusnya suara memiliki irama dan nada.
2). Artikulasi :
setiap kata yang terucap harus jelas benar dan tidak samar, sehingga mudah
dimengerti dan dipahami.
3). Phrasing :
dalam berbicara sebaiknya memberikan jeda agar dapat dipahami.
4). Stressing :
menekan energi suara supaya tidak kelihatan loyo
5). Inflesi :
perubahan nada suara, lagu kalimat, hindari pengucapan yang sama bagian setiap
kata. Suara yang naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau jika suara itu
menurun pertanda kalimat akan berakhir.
b.
Bahasa tubuh yang wajar
salah satu sarana
pendorong public speaking adalah
gerakan tubuh dan ekspresi saat berbicara. Gerakan tubuh juga sangat mendukung
kesuksesan dalam berbicara, karena saat berbicara tidak dapat dipungkiri bahwa
pembicara akan melibatkan bahasa non verbal yang akan ditilik oleh pendengar,
bahasa ini secara tidak disadari terkomunikasikan terhadap pendengar sehingga
pendengar akan mengintuisi isi sesungguhnya dari apa yang telah disampaikan
oleh pembicara tersebut. Nah jika berpose atau berakting secara tidak alami
maka akan memberikan respon kekakuan yang menggelikan terhadap pembicara,
sehingga informasi yang disampaikan itu akan terkesan berbohong meski
sebenarnya tidak.
c.
Wajah
Dalam
pelatihan bahasa non verbal ini sangatlah penting untuk menyesuaikan suara
dengan gerak tubuh. Semisal saat mengasungkan telunjuk diikuti suara yang
lantang, jika bernada pelan, semestinya pula akan diikuti oleh gerak bibir yang
ringan-ringan saja. Hal yang perlu diperhatikan adalah mencocokkan ekspresi
wajah dengan ucapan, jika ada kontadiksi antara ucapan dan ekspresi wajah akan
menampakkan sesuatu yang dibuat-buat sekalipun nyatanya tidak. Oleh karena itu
dalam berbicara di depan umum sangat ditekankan ekspresi wajah yang sesuai
dengan perasaan intonasi dan uraian isi yang dibicarakan.
d.
Mata
Sorotan
mata akan memberikan suatu ini energi kepribadian seseorang, seperti seorang
wanita akan menjadi terpesona dan bergetar hatinya kepada seorang pria karena
adanya kontak mata, sementara tatapan mata yang genit dari seorang wanita akan
mampu meluluhkan hati seorang pria, namun ada juga orang yang memiliki sorot
mata yang menakutkan sehingga banyak orang yang berusaha untuk mengalihkan tatapan mata. Perlu diketahui
bahwa sorot mata yang baik akan menghadirkan susana yang menyenangkan.
e.
Kepala
Bahasa
tubuh akan mengiringi pembicaraan yang disampaikan, jika ada suatu pembicaraan
yang menakjubkan atau sesuatu hal yang pas dan dapat dipahami maka kepala itu
secara otomatis akan mengangguk-angguk mengikuti alur jalannya pembicaraan,
namun hal tersebut jika dilakukan dengan saat yang tidak tepat maka akan
berakibat vatal, sebab orang yang menggerakkan kepala tanpa ada sebab atau
situasi dan kondisi yang tepat, orang yang demikian itu akan dianggap tidak
waras.
f.
Mulut
Mulut
ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses berkomunikasi. Karena
perkataan seseorang dapat terbca melalui gerak mulutnya. Namun bagian yang
terpenting yang perlu dilatih adalah bagian lidah dan bibir. Maka setiap
berbicara hendaklah memposisikan lidah setepat mungkin sesuai dengan alur kata
yang terucap, sementara bagian yang lain adalah bibir. Gerakan bibir yang
beragam akan memberikan daya tarik bagi pendengar, jika sedang marah maka
bibirnya akan cemberut atau jika dalam keadaan senang maka bibirnya akan
menyungging senyum. Amat baik jika latihan dilakukan di depan cermin.
Perhatikan gerakan bibir dan harmonisasi dengan materi yang diucapkan. Perlu
kesabaran yang tinggi karena emosi dalam diri dapat mempengaruhi konsentrasi
pergerakan bibir sehingga menjadi tegang dan tidak tenang.
2.
Melatih keberanian berpidato
Bakat
pengaruhnya kecil sekali. Pengaruh bakan kalau dipersentasekan hanya berkisar
10%, sedangkan sisanya 90% adalah hasil belajar dan berlatih (Tomas Alva
Edison). Memang benar ada orang yang dikaruniai bakat berpidato yang baik
sekalipun tidak banyak, namun bermodal bakat tanpa belajar dan berlatih tidak
akan bisa berpidato dengan baik. Sebaliknya sekalipun tanpa bakat namun diikuti
kemauan yang tinggi tekun belajar dan berlatih maka akan bisa melakukannya.
Jadi, belajar dan berlatih itulah sebenarnya modal atau sebagai penentu
bukanlah bakat. Bakat hanya sebatas mutiara yang ada dalam lumpur, jika tidak
ada yang menemukannya atau menggalinya dengan baik, maka tidak akan pernah
menemukan bakat yang sebenarnya. Jadi, janganlah takut untuk memulai, menggali
potensi diri dalam berpidato. Setiap orang dapat memulai tergantung keinginan
yang kuat dalam diri masing-masing, jika hal demikian tidak pernah tercoba maka
tidak akan pernah tau baik atau tidaknya dalam melakukan suatu hal yang menjadi
misteri percobaan tersebut.
Kemampuan
berpidato bukan warisan dari orang tua, seorang ayah yang pandai berpidato
tidak akan menjadi jaminan bahwa anaknya pula akan menjadi pandai berpidato,
kemampuan berpidato hanya dapat diproleh dari hasil belajar dan berlatih, oleh
karena itu setiap orang tidak perlu berkecil hati kalu belum berani berpidato,
hal yang pasti setiap orang memiliki bakat berbicara yang perlu dikembangkan
untuk mencapai terampil berpidato.
Sekali-sekali
mengevaluasi diri dengan mengutarakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri
sendiri, semisal apakah saya sudah berani berbicara di depan umum? Apakah saya
tidak merasa grogi jika berbicara di depan umum? Bagaimana tanggapan orang ya
jika saya berbicara di depannya? Nah pertanyaan demikian ini jika ditangga atau
direspon baik maka akan menghasilkan kekuatan yang sangat ampuh untuk mengobati
demam panggung.
3.
Menghindari rasa gugup saat berpidato
Setiap
orang mesti pernah merasakan takut, grogi merasa serba salah jika disuruh
tampil di depan umum, biasanya hal demikian dialami pada saat pertama kali
tampil di depan umum, perasaan tersebut biasanya sebagai berikut;
v Merasa malu terhadap hadirin menertawakan dan tidak
menganggap pidato apa yang telah tersampaikan
v Jantung berdetak keras, tangan bergetar, keringat
membasahi badan dan beranggapan bahwa hadirin akan mengahakimi
v Saat berpidato ingin cepat-cepat selesai
v Ingin secepatnya menyingkir dari hadirin
v Beranggapan kurang baik kepada hadirin
v Memilih untuk menghindari tatapan hadirin
Berpidato
memang mudah-mudah susah, mudah bagi yang sering melakukan dan sulit bagi yang
belum terbiasa berpidato. Bagi yang belum terbiasa pasti ada hambatan yang
setidaknya mempengaruhi kelancaran jalannya pidato. Hambatan yang paling serius
adalah demam panggung, sehingga semua menjadi kosong, demam panggung adalah
perasaan resah dan gelisah yang disebabkan oleh adanya rasa malu, takut dan
rendah diri saat berada di atas panggung.
Demam
panggung biasanya tampak jelas bagi seseorang yang harus tampil sendirian. Jika
merasa gugup saat berpidato, berarti orang tersebut mengalami demam panggung,
adapun ciri-ciri demam panggung saat pidato berlangsung kira-kira sebagai
berikut;
v Kaki dan tangan gemetar
v Jantung berdetak cepat dan keras
v Muka menjadi merah
v Telinga menjadi teras panas
v Mulut menjadi kering dan bibir sulit digerakkan
v Mata tidak berani bertatapan dengan pendengar
v Keringat dingin bercucuran
Jika
demam panggung menyerang biasanya membuat tubuh tidak berdaya, pikiran menjadi
kacau, apa yang telah dipersiapkan menjadi berantakan dan pembicaraan tidak
terarah. Sehingga cara-car berpidato hilang tak terlacak kembali,
konsentrasipun menjadi buyar dan semua mata hadirin seakan menjadi siksa.
Kondisi demam panggung akan menjerumuskan akan menjerumuskan ke dalam pembawaan
pidato yang tak jelas, terkadang kata-kata yang sudah disampaikan diulang
kembali sehingga membuat pendengar merasa bosan sebab mendengarkan kata-kata
yang itu-itu saja. Terus bagaimana cara mengatasi demam panggung? Coba
diketahui dulu asal terjadinnya demam panggung tersut, misalkan karena tidak
menyiapkan materi yang akan disampaikan atau merasa takut terhadap apa yang
disampaikan kurang baik di telinga pendengar. Hal yang demikian wajar dialami
seorang pemula dalam berpidato sehingga hal itu memerlukan latihan dan kepekaan
terhadap diri sendiri, sehingga memiliki keberanian dalam menyampaikan materi
pidato dan merasa selalu siap tempur kapanpun dan dimanapun. Sering-seringlah
minta koreksi terhadap orang lain tentang dimana titik kelemahan penyampain
materi tersebut, tidak perlu takut untuk dikritik, sebab kritik yang baik
adalah kritik yang dapat membangunkualitas mental.
4.
Membangkitka keberanian berpidato
Sebuah
pepatah bijak mengungkapkan” keberanian bukan menaklukkan musuh-musuhmu.
Keberanian sejati adalah saat kamu mampu mengendalikan diri sendiri”.
Barang
kali pepatah itu dapat dipergunakan saat berpidato, namun keberanian tidak
tumbuh begitu saja secara serta-merta, keberanian akan muncul sebab adanya
proses dan hentakan dalam diri, baik melalui proses pengalaman atau
pembelajaran dari kesalahan-kesalahan. Keberanian semacam itu akan muncul
dengan sebab pengendalian diri.
Supaya
memiliki keberanian berpidato, pemula seharusnya memerlukan waktu yang lama
untuk berlatih secara bertahap. Berikut ini tahapan yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan keberanian berpidato.
v Memulai dari hal-hal di kehidupan sekitar
v Mengemukakan tema yang menarik
v Membaca refrensi
v Belajar dari pidato orang yang telah terkenal
v Sering berlatih di depan cermin
5.
Memahami etika dalam berpidato
Berbicara
mengenai etika berarti berbicara mengenai sopan santun, tatak rama dan berbagai
keutamaan lainnya, tentu berbeda berbicara di depan para ilmuan, golongan para
pelajar, petani dan lain sebagainya. Mengetahui keberadaan pendengar sangat
membantu untuk menyikapi bagaimana cara terbaik jika berbicara di depan mereka
semua. Oleh karena itu tau keberadaan pendengar bukan hal sepele sehingga tidak
diperhatikan. Jika demikian kesan pendengar akan menjadi kurang baik, sehingga
apa yang telah disampaikan menjadi kurang menarik. Maka perlulah memang
beberapa etika yang penting untuk diketahui seperti:
Ø Etika berpidato di depan umum
Ø Etika berpidato di depan pejabat
Ø Etika berpidato di depan pemuka agama
Ø Etika berpidato di depan para wanita
Ø Etika berpidato di depan pemuda/Mahasiswa
Ø Etika berpidato di depan masyarakat Desa.
Dengan
mengetahui etika-etika tersebut, maka akan membantu mempermudah untuk membuat
pendengar lebih peka dan mengerti terhadap apa yang telah disampaikan, berbeda
dengan seorang yang berpidato namun tidak pernah tau dengan etika berpidato
sehingga menjadi tercampur baur, seharusnya pidato yang layak untuk disampaikan
di depan para pemuka agama namun disampaikan di depan para petani sehingga
membuat pendengar kebingungan dan tak mengerti terhadap arah pembicaraan
tersebut.
B.
2. Definisi Dakwah
Dakwah menurut
bahasa memiliki makna yang bermacam-macam
1.
Memanggil dan menyeru, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat 25:
والله يدعوا الي دار السلام ويهدي
من يشاء الي صرامستقيم
“ Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan
memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (islam)”.
2.
Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang
positif ataupun yang negatif
3.
Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik seseorang kepada
suatu aliran atau agama tertentu
4.
Do’a (permohonan), seperti dalam firman Allah:
.....اجيب دعوة الداعي اذا دعاني......
“.....Aku mengabulkan
permohonan orang jika meminta kepada-Ku...
5.
Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’abi as-syai’ yang artinya meminta
dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.
Perkataan
dakwah berasal dari bahasa arab da’a artinya memanggil atau menyeru, mengajak
atau mengundang. Jika diubah menjadi dakwatun maka maknanya akan berubah
menjadi seruan, panggilan atau undangan
Secara
terminologi para Ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefiniskan
dakwah,
hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kalimat
dakwah itu sendiri,sebagian Ulama’ seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Abu
al-futuh dalam kitabnya al-madkhal ila ilm ad-Dawat mengatakan, bahwa dakwah
adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian ada yang mengatakan bahwa dakwah adalah
ilmu dan pembelajaran (ta’lim), sementara Muhammad al-khaydar husayn mengatakan
dakwah adalah mengajak kepada kebaikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran
agar dapat kebahagiaan dunia akhirat.
Ahmad Ghalways mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan
segenap usaha yang bermacam-macam, yang mengacu kepada penyampaian ajaran islam
kepada seluruh manusia yang mencakup akidah, syariat dan akhlaq.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengertian dakwah adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka
mempengaruhi orang lain agar mampu melakukan hal-hal yang baik dan mampu
mencegah dari hal-hal yang jelek, sehingga jalan hidup menjadi terarah,
tentram, damai dan bahagia.
Dan
kalau dilihat dari segi kewajiban berdakwah setiap orang memiliki kewajiban
untuk melakukan dakwah sekalipun tidak dengan cara terang-terangan seperti
halnya para da’i yang telah menjadikan dakwah sebagai jalan sumbernya amal bagi
dirinya.
Dan
sementara kewajiban berdakwah itu termanuskrip dalam Alqur’an dan hadis, bahwa
kewajiban berdakwah itu pada mulanya ditujukan pada rasulullah, kemudian
dilanjutkan oleh para sahabat dan seterusnya dipikulkan kepada para ulama dan
pemimpin-peminpin islam.
Nah
kewajiban berdakwah bagi setiap orang itu
wajib bila hal berikut ditilik dari kata tabligh, sehingga peran setiap muslim
laki-laki dan perempuan menjadi nampak.
Dari segi bahasa
metode berasal dari dua kata yaitu”Meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,cara).
Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang perlu
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan arti dakwah menurut beberapa
pakar ilmuan sebagai berikut:
1.
Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan
peraturan-peraturan islam dengan maksud memindahkan ummat dari suatu keadaan
kepada keadaan yang lain.
2.
Pendapat syekh ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian dunia
akhirat.
Dari
pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara
tertentu yang dilakukan oleh mad’u untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar
hikmah dan kasih sayang.
B.
Bentuk-bentuk metode dakwah
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y
y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (
Oßgø9Ï»y_ur
ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4
¨bÎ)
y7/u
uqèd
ÞOn=ôãr& `yJÎ/
¨@|Ê
`tã ¾Ï&Î#Î6y (
uqèdur
ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
“serulah (manusia) kepada jalan (Agama)
Tuhan-mu dengan kebijaksanaan dan
pelajaran yang baik dan bantahlah (berdebatlah) dengan mereka dengan( jalan)
yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu
lebih mengetahui orang-orang
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl; 125)
Dari ayat di atas dapat ditarik pemahaman bahwa metode
dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
a.
Metode dakwah bil-hikmah
Kata hikmah dalam Al-qur’an disebutkan sebanyak 20 kali
baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat. Betuk masdar dari hikmah adalah hukman yang
memiliki arti adalah mencegah, jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah
dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari
hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Al-hikmah juga berarti tali kekang pada binatang, seperti
istilah hikmatul lijam, karena lijam (cambuk atau kekang kuda),
itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan, diartikan demikian karena tali
kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan kudanya sehingga
penunggang kuda dapat mengaturnya baik untuk perintah lari atau berhenti. Dari
kiasan terbut berarti orang yang memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai
kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau
menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari
perbuatan yang hina.
Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang
yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah
juga sering dikaitkan dengan filsafat, karena filsafat juga mencari pengetahuan
hakikat segala sesuatu.
b.
Metode dakwah bil-mauidza al-hasanah
Secara bahsa
mauidzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauidzah dan hasanah. Kata
mauidzah berasal dari kata wa’adzah yaidzu wa’dzan-idzatan yang berarti
nasihat, bimbingan pendidikan dan peringatan.
Sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan
lawannya kejelekan. Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat
antara lain;
Ø Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip
oleh H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:
“Al-mauidzah
al-hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa
engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan
Al-qur’an”.
Ø Menurut Abd. Hamid al-bilali al-Mauidzhah al-hasanah
merupakan “salah satu manhaj(metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan
Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik”
Dengan
demikian Mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung
unsur-unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah berita gembira,
pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam hidup bermasyarakat, di
dunia maupub di akhirat.
c.
Metode dakwah bil-Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Secara
etimologi (bahasa) lafad mujadalah terambil dari kata “jadalah” yang bermakna
memintal, melatih. Apabila ditambahkan huruf alif pada huruf jim yang asalnya” jadala”
menjadi ”jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan mujaadalah bermakna
perdebatan.
Secara
terminologi (istilah) mujaadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan
oleh dua pihak secar sinergis, namun tanpa ada suasan yang melahirkan
permusuhan.
Dengan
definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari
mujadalah adalah, tukar pendapat yang dilakukan oleh dua orang dengan sinergis,
namun tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan supaya lawan yang diajak
bertukar pendapat mendapat keyakinan dari argumen-argumen yang diutarakan
dengan diikuti bukti-bukti yang kuat, kemudian antara satu dengan yang lainnya
saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenara,
mengakui kebenaran pihak lain dan ihlas menerima hukuman tersebut.
1.
Al-qur’an : di dalam alqur’an tentunya banyak ayat-ayat yang mebahas
tentang masalah dakwah, seperti ayat-ayat yang ditujukan kepada Rasulullah agar
melancarkan dakwahnya.
2.
Sunnah rasul : dalam hadis-hadis banyak pula yang berkenaan dengan dakwah,
begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangan dan cara-cara yang beliau dalam
menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di makkah maupun di madinah.
Semua ini memberikan contah terhdap metode dakwah.
3.
Sejarah didup para sahabat: dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar
dan para fuqaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru
dakwah, karena mereka adalah orang yang luar biasa dalam bidang agama.
4.
Pengalaman : Experien is thebest teacher, ini
adalah sebuah motto yang punyak pengaruh besar bagi orang-orang yang suka
bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah adalah merupakan hasil dari
pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala dijadikan refrensi ketika
berdakwah.
1.
Dakwah kepada seluruh Ummat manusia
Dakwah
yang dilakukan oleh Ummad Muhammad adalah menyeru seluruh manusia agar beragama
hanya karena Allah, ini merupakan kewajiban ummat islam secara menyeluruh,
sebagai konsekuensi khaira ummat (ummat terbaik) yang dilahirkan untuk
manusia yang bercirikan amar ma’ruf nahi mungkar.
2.
Dakwah sesama kaum muslimin
Dakwah
kaum muslimin kepada muslimin yang lain adalah bentuk saling memperingati amar
ma’ruf nahi mungkar.
C.
3. Defenisi pondok pesantren
Pengertian
atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan dengan batasan yang tegas,
melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang
memberikan pengertian pondok pesantren yang setidaknya ada lima ciri, yang
terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren.
Ø Kyai
Ø Santri
Ø Pengajian
Ø Asrama
Ø Masjid
Sehingga setelah
kelima unsur yang ada di atas tersebut disatupadukan maka muncullah ta’rif atau
defenisi dari pondok pesantren, yang berdiri dalam kegiatan
1.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
2.
Mengembangkan keilmuan yang bermanfaat
3.
Pengabdian terhadap agama masyarakat dan negara.
Dalam
pelaksanaannya dari sekian banyak sistem atau tipe pendidikan yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren, secara garis besar dapat digolongkan ke
dalam dua bentuk yang penting:
1.
Pondok pesantren salafiyah
Pondok
pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang mengajarkan al-qur’an dan kitab-kitab
agama islam yang memang hal ini masih sesuai dengan perkembangannya sejak awal
berdirinya. Pondok pesantren yang demikian dapat meningkat dengan mengeluarkan
kurikulum tersendiri, dalam artian kurikulum ala pesantren itu sendiri
berdasarkan khas yang dimiliki pondok pesantren itu sendiri.
2.
Pondok pesantren khalafiyah
Pondok
pesantren ini biasanya disamping menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal, baik bercorak jalur sekolah umum
maupun sekolah yang bercirikan agama islam.
Pembelajaran
di pondok pesantren ini biasanya menggunakan kurikulum yang berbentuk klasikal
dan berjenjang, dan bahkan pada sebagian kecil pondok pesantren pendidikan
formal yang diselenggarakannya berdasarkan pada kurikulum mandiri.
Dengan demikian pesantren terbagi
menjadi dua macam yaitu pesantren salaf (kuno) dan pesantren khalaf (modern),
dan kedua bentuk pesantren ini memang sama-sama berasaskan agama islam,
sekalipun di dalamnya banyak perbedaan perbedaan kurikulum yang diterapkan, ada
yang masih kokoh dengan kurikulum yang dulu mulai sejak lahirnya pesantren
hingga ada temuan-temuan baru yang diterapakan oleh pesantren khalaf (modern).
I.
Metode penelitian
a.
Jenis penelitian dan pendekatan
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, sementara
pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu memberikan deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian kualitatif deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi
tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, penelitian ini diarahkan
untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan dilakukan.
b.
Lokasi penelitian
Tempat
penelitian ini peneliti lakukan di Pondok Pesantren A-lkarimiyyah Beraji Gapura
Sumenep.
Peneliti
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-karimiyyah ini, karena adanya suatu alasan yang memberikan
tendangan kuat dan menimbulkan suatu sikap penasaran peneliti, sebab adanya
suatu fenomena yang unik, namun tertimbun oleh kekurang pekaan dari pihak-pihak
yang berwenang untuk menelitinya, hingga peneliti memberanikan diri untuk
membuka kembali tirai yang menimbun suatu fenomena yang unik dan akan mengangkatnya
ke depan umum atau paling tidak di depan orang-orang yang berdomisili di
pesantren.
c.
Kehadiran peneliti
Dalam
proses melakukan penelitian ini, peneliti masih tercatat sebagai santri Pondok
Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga keberadaan peneliti
setiap hari ada di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji
Gapura Sumenep, dengan demikian peneliti tidak merasa kesulitan untuk
mengumpulkan data-data yang ada di Pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura
Sumenep, yang dilakukannya baik bersentuhan langsung dengan objek penelitian
ataupun memahami gejala-gejala fenomena yang ada.
d.
Sumber data
Yang
dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data tersebut
diproleh.
Sumber data yang ada dalam penelitian ini merupakan masyarakat pesantren, yang
memberikan berbagai macam keterangan-keterangan melalui proses wawancara yang
dilakukan peneliti selama melakukan penelitian, selain itu sumber data didapat
pula di dokumen Pesantren hal ini yang mengorek informasi tentang Profil Pondok
Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep.
e.
Teknis pengumpulan data
Dalam
penelitian ini peneliti untuk mengumpulkan data tentunya menggunakan beberapa
metode yang akan dipaparkan di bawah ini.
1.
Observasi
Metode
observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis, dengan prosuder yang tersandar. Observasi adalah suatu
istilah umum yang memiliki arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan
dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya.
Dengan menggunakan metode ini peneliti anggap sangat penting untuk mengamati
gejala kejadian yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji
Gapura Sumenep, baik masyarakat pondok pesantren maupun pesantrennya sendiri,
dan dengan menggunakan metode Observasi ini, tentunya membantu peneliti untuk
mendapatkan data-data yang ingin dikumpulkan di tempat atau lokasi penelitian.
2.
Wawancara
Selain
pengumpulan data dengan menggunakan observasi(pengamatan), maka dalam ilmu
sosial data dapat juga diproleh dengan mengadakan interview atau wawncara.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara sipetanya atau pewawancara dengan
sipenjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide ( panduan wawancara).
Wawancara
ini sekalipun berarti proses percakapan atau tanya jawab dari seorang penanya
kepada responden, bukan berarti seperti tanya jawab sehari-hari dengan kata
lain tanya jawab di wawancara, merupakan tanya jawab yang dilakukan untuk
mengumpulkan data-data yang sekiranya berkaitan dengan penelitian, beberapa hal
yang dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari
antara lain:
·
Pewawancara selalu bertanya
·
Responden selalu menjawab pertanyaan
·
Dilakukan pada saat penelitian berlangsung
·
Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang sudah dibuat
Dalam
proses wawancara ini peneliti dalam mengumpulkan data yang menjadi sasaran
wawancara adalah masyarakat pesantren, sebab hanya merekalah yang paling tahu
dengan kondisi, kejadian yang berlangsung di Pesantren.
3.
Dokumentasi
Tidak
kalah pentingnya dengan metode-metode pengumpulan data yang lain, Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya.
Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan dokumen-dokumen objek penelitian yang berupa profil pesantren,
keberadaan masyarakat pesantren dan lain-lain.
f.
Teknik Analisis Data
Anaslisi
data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta
menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca.
Dengan kata lain analisis data adalah proses pengolahan kembali hasil
pengumpulan data dengan mengedit data yang telah diproleh dilapangan, data yang
kelihatan masih belum matang sehingga menjadi data yang siap saji dengan tujuan
dan maksud penelitian. Sebenarnya menganalisa data bukan berarti merombak hasil
data yang telah diproleh melalui beberapa metode pengumpulan data, akan tetapi
analisi dat tersebut, mengolah data menjadi data yang benar-benar matang, baik
berupa bahas, tulisan dan pengelompokan data yang diroleh.
g.
Keabsahan penelitian
Teknik yang
digunakan peneliti untuk mengecek keabsahan temuan selama penelitian di
lapangan sebagai berikut:
v Perpanjangan kehadiran peneliti
Perpanjangn
penelitian yang dilakukan dengan menambah waktu dalam pengambilan data di
lapangan, baik melalui wawancara maupun observasi terhadap objek penelitian.
v Ketekunan pengamat
Selama
penelitian berlangsung peneliti tekun mengamati, meneliti dan merinci secara
berkesinambungan data-data sebab ingin sekali mendapatkan data yang valid, dan
siap untuk dipertanggung jawabkan.
v Triagulasi
Triangulasi ini
menggunakan bandingan atau pengecekan lebih lanjut terhadap kepercayaan
informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, dan
triangulasi dari sumber dalam penelitian ini membandingkan ketiga data yang
telah dilakukan baik dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi.
h.
Tahap-tahap penelitian
Tahap penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terkafer sebagai berikut:
Ø Tahap pendahuluan atau orentasi dan memperoleh gambaran
umum tentang hal-hal yang mengarah kepada penelitian
Ø Eksplorasi fokus
a). Menyusun proposal penelitian
b). Melakukan penelitian
c). Melakukan analisi data
Ø Pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data
Ø Penyimpulan hasil penelitian
i.
Sistematika Penulisan
Supaya penulisan
skripsi sesuai dengan sistematika atau paling tidak teratur dan nyaman dilihat,
maka penulisan tersebut menggunakan sistematika penulisan skripsi sebagai
berikut:
Ø Bab pertama berisi: pendahuluan yang terdiri dari,
Latar belakang, Rumusan masalah,
Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Alasan pemilihan judul,Ruang Lingkup
Penelitian.
Ø Bab kedua berisi: kajian
pustaka secara garis besarnya membahas Definisi dari pidato, kemudian Definisi
Dakwah dan Definisi Pondok Pesantren
Ø Bab ketiga metode
penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, cara menganalisis
data, keabsahan data serta tahap-tahap penelitian.
Ø Bab keempat berisi:
pembahasan secara deskriptif tentang isi dari penelitian.
Ø Bab kelima berisi :
penutup, kesimpulan, saran-saran, dan daftar pustaka.
Daftar
pustaka
pedoman
penulisan skripsi program strata satu(S1).
Sekolah Tinggi Islam Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep.2012
Nazir,metode
penelitian,Ghalia Indonesia, Bogor:2005
Arikunto,
Suharsimi,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,PT Asdi
Mahasatya, jakarta: 2006
Suparta, Munzier,
Hefni,Harjani, metode dakwah, kencana: jakarta: 2006
Faizah, Effendi,
Muchsin lalu, Psikologi Dakwah, Rahmat Semesta; Jakarta:2006
Pahlawan kayo,
khatib,manajemen dakwah dari dakwah konvensional menuju dakwah profesional, Amzah;Jakarta
2007
Al-awa’iy, Taufiq,
Dakwah ke jalan Allah muatan sarana dan tujuan, Robbani press,
Batuampar,jakarta: 2010
Badudu, Rendra,
Shinta, Dewi, 9 tahap mempersiapkan pidato dan MC jago pidato dan Mc dalam
segala acara,Pustaka cerdas, sleman, Yogyakarta: 2013
Waringin jati,
Damar Aneka contoh Pidato dan pembawa acara,Mulia jaya surabaya
Nugraha, Andrian R,Pandai
berpidat, PT Gading Inti Prima;Jakarta: 2012
Kamisa, kamus
lengkap bahasa Indonesia,Kartika;Surabaya: 1997
Yunus,Mahmud,Tafsir
Qur’an karim 30 juz,PT. Hidakarya Agung; Jakarta: 1957