SERANGKAIAN
KEHARUAN
Selamat
pagi fajar maafkan aku, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat
malam rembulan mafkan aku, aku belum bisa menyaksikanmu
Serangkaian
keharuan mengolok-olokku menambah beban tak jelas
Aku
hawatir dengan sengketa yang berkelanjutan ini mengundang gemuruh petir kalang
kabut
Mengisyaratkan
sejuta tindakan yang penuh bara kebencian
Kau memperlakukanku layaknya matahari
mengurai-ngurai wujud embun
Selamat
pagi fajar, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat
malam rembulan maafkan aku, aku belum sempat menyaksikanmu
Apa
dosaku kau musuhi,
Apa
salahku kau marahi,
Sementara
aku telah santun padamu,
Entah
kalau aku bertanya bisakah kau menjawabnya,
Selamat
pagi fajar maafkan aku, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat
malam rembulan mafkan aku, aku belum sanggup menyaksikanmu
Kau
pikir aku tak mengerti antara bebatuan yang berdzikir dan riak air yang menderu
Aku
telah berhasil mencumbui beberapa tindakanmu yang menurutku aneh bin ajaib
Tapi
aku tak mau melengkingkan suling aduan,
Karena
aku masih membutuhkanmu….
Beraji,30
februari 2013
CERITA
MAWAR KESEDIHAN
Sementara
aku takut bersajak dengan kerudung birumu
Yang
dikibar-kibarkan oleh nyanyian angin
Karena
pada persimpangan itu masih ada dua mata mensatpamimu
Dua
tangan memborgolmu,
Kalau
kemudian hari datang badai mengaburkan tatapannya
Dan
melepaskan borgolmu
Maka
akupun akan berlari diantara belantara dan terjal untuk mencarimu
Sehingga
aku tak perlu ragu lagi
Akan
kusemai asmara menjadi istana dilaut teduhmu
Semoga
saja rinai gerimis mau membasahi taman
Menepis
dedaunan yang kering kerontang
Nai,
kau ajak aku menitir lembahmu
Sementara
kaku nyeri
Kau
ajak aku meneguk susumu
Padahal
aku belum kehausan
Nai,
umurku masih belum sempurna
Badan yang
aku miliki masih lebam dan lemas
Hingga
tak mungkin bisa aku menggendongmu
Menikmati
matahari-matahari yang telah berhasil
Menyemir
sebagian belantara menjadi tandus
Nai,
setiap kau menemuiku
Tak ada
cerita yang lebih aku nikmati
Selain
ceritacerita tentang mawar kesedihan
Yang
kau tembangkan diantara gundukan senyum anyirmu.
Beraji,
30 februari 2013
MASYARAKAT
BAWAH SIWALAN
Sejuk abjad yang kubelai di
persimpangan kesibukan
mengisyaratkan perjalanan khafilah yang
berabad-abad
namun tak lupa kutambalkan di dinding
namanya
merajam waktu separuh tarian matahari,
kemudian kumulai keberanian menggubah
salju
di bening sofa memintal tatapan kekanan
kemudian kekiri,
udara yang busuk mulai menyeringai
hidung
hingga akhirnya pintu gerbang
mengusirku
di pinggiran lorong yang di satpami
tiga pendekar.
Perjalan khafilah belum tiba di
masyarakat bawah siwalan.
Longos, 19, 03,2013
PERPISAHAN DI ETALASE
GERIMIS MUDA
Aduhai luruh ngian terlukis
perpisahan di etalase gerimis muda
Sekeping mangkok kenangan
membisingkan pertikaian
Embun bergaun ujung sutra
yang ingin merampungkan senyum
Padi-padi menguning
lambanya mengundang pipit
Untuk bersajak di ubunnya
Sepoi angin kegelisahan
menjadi-jadi
Memoles seluruh raga yang
kedinginan
Di ujung sebrang terpingkal-pingkal
Teram serigala mengamangi
tamu yang dating
Khem keremangan ini semakin
menjadi kabut
Menabiri tatapan yang
binal, selaksa pancarkan
Tebing perasaan mengalirkan
kegaduhan disepanjang khafilah batin ini,sejalan penampilanku yang kian mengharukan
Menjadikan sejarah yang tak
sempat tertulis
Dalam kitab-kitab mahyana,
hastabrata,weda, yajur weda
Maupun dalam alqur’an
Sepucuk kemudian jerit
halilintar menyala-nyala
Memenangkan audisi musim,
hingga akhirnya
Aku dijadikan murid
pertamanya
Untuk mewarisi seluruh ilmu
kedigjayaannya
Namun belum sempat aku
menguasinya
Abdpun juga memejamkan
matanya
Hingga ia tertidur lelap
dalam pangkuanku
Selamat jalan bebatuan
mengiringnya
Sampai kegerbang, akar akar
menabuh pedug
Kemudian pasir mengadaninya
hingga dia benar-benar pulas
Beraji,
22 maret 2013