Jumat, 31 Januari 2014

serangkaian keharuan



SERANGKAIAN KEHARUAN


Selamat pagi fajar maafkan aku, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat malam rembulan mafkan aku, aku belum bisa menyaksikanmu

Serangkaian keharuan mengolok-olokku menambah beban tak jelas
Aku hawatir dengan sengketa yang berkelanjutan ini mengundang gemuruh petir kalang kabut
Mengisyaratkan sejuta tindakan yang penuh bara kebencian
Kau  memperlakukanku layaknya matahari mengurai-ngurai wujud embun

Selamat pagi fajar, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat malam rembulan maafkan aku, aku belum sempat menyaksikanmu

Apa dosaku kau musuhi,
Apa salahku kau marahi,
Sementara aku telah santun padamu,
Entah kalau aku bertanya bisakah kau menjawabnya,

Selamat pagi fajar maafkan aku, aku telah mencabik-cabik tempat tidurmu
Selamat malam rembulan mafkan aku, aku belum sanggup menyaksikanmu

Kau pikir aku tak mengerti antara bebatuan yang berdzikir dan riak air yang menderu
Aku telah berhasil mencumbui beberapa tindakanmu yang menurutku aneh bin ajaib
Tapi aku tak mau melengkingkan suling aduan,
Karena aku masih membutuhkanmu….

Beraji,30 februari 2013

CERITA MAWAR KESEDIHAN

Sementara aku takut bersajak dengan kerudung birumu
Yang dikibar-kibarkan oleh nyanyian angin
Karena pada persimpangan itu masih ada dua mata mensatpamimu
Dua tangan memborgolmu,

Kalau kemudian hari datang badai mengaburkan tatapannya
Dan melepaskan borgolmu
Maka akupun akan berlari diantara belantara dan terjal untuk mencarimu

Sehingga aku tak perlu ragu lagi
Akan kusemai asmara menjadi istana dilaut teduhmu
Semoga saja rinai gerimis mau membasahi taman
Menepis dedaunan yang kering kerontang

Nai, kau ajak aku menitir lembahmu
Sementara kaku nyeri
Kau ajak aku meneguk susumu
Padahal aku belum kehausan

Nai, umurku masih belum sempurna
Badan yang aku miliki masih lebam dan lemas
Hingga tak mungkin bisa aku menggendongmu
Menikmati matahari-matahari yang telah berhasil
Menyemir sebagian belantara menjadi tandus

Nai, setiap kau menemuiku
Tak ada cerita yang lebih aku nikmati

Selain ceritacerita tentang mawar kesedihan
Yang kau tembangkan diantara gundukan senyum anyirmu.

Beraji, 30 februari 2013

MASYARAKAT BAWAH SIWALAN
Sejuk abjad yang kubelai di persimpangan kesibukan
mengisyaratkan perjalanan khafilah yang berabad-abad
namun tak lupa kutambalkan di dinding namanya

merajam waktu separuh tarian matahari,
kemudian kumulai keberanian menggubah salju
di bening sofa memintal tatapan kekanan kemudian kekiri,

udara yang busuk mulai menyeringai hidung
hingga akhirnya pintu gerbang mengusirku
di pinggiran lorong yang di satpami tiga pendekar.
Perjalan khafilah belum tiba di masyarakat bawah siwalan.

Longos, 19, 03,2013


PERPISAHAN DI ETALASE GERIMIS MUDA

Aduhai luruh ngian terlukis perpisahan di etalase gerimis muda
Sekeping mangkok kenangan membisingkan pertikaian
Embun bergaun ujung sutra yang ingin merampungkan senyum
Padi-padi menguning lambanya mengundang pipit
Untuk bersajak di ubunnya

Sepoi angin kegelisahan menjadi-jadi
Memoles seluruh raga yang kedinginan
Di ujung sebrang terpingkal-pingkal
Teram serigala mengamangi tamu yang dating

Khem keremangan ini semakin menjadi kabut
Menabiri tatapan yang binal, selaksa pancarkan
Tebing perasaan mengalirkan kegaduhan disepanjang khafilah batin ini,sejalan penampilanku yang kian mengharukan
Menjadikan sejarah yang tak sempat tertulis
Dalam kitab-kitab mahyana, hastabrata,weda, yajur weda
Maupun dalam alqur’an
Sepucuk kemudian jerit halilintar menyala-nyala
Memenangkan audisi musim, hingga akhirnya
Aku dijadikan murid pertamanya
Untuk mewarisi seluruh ilmu kedigjayaannya

Namun belum sempat aku menguasinya
Abdpun juga memejamkan matanya
Hingga ia tertidur lelap dalam pangkuanku
Selamat jalan bebatuan mengiringnya
Sampai kegerbang, akar akar menabuh pedug
Kemudian pasir mengadaninya hingga dia benar-benar pulas

Beraji, 22 maret 2013