Selasa, 17 Juni 2014

rembulan hatiku


SEANDAINYA LUPA

Seandainya hari ini matahari lupa terbit
dan nanti malam rembulan lupan bersinar
maka hatiku takkan pernah lupa
mengingat namaMu, Ya Rob....

senadainya hari ini Angin lupa bertiup
dan air lupa mengalir
maka hatiku takkan pernah lupa
bertiup dan mengalirkan rasa Rindu kepadaMu Ya Rob

Allah Ya Rob Rembulan hatiku takkan pernah redup
sekalipun awan-awan uji dan cobaMu, terus mendekapku
sebab Tujuan hidupku adalah Untuk kembali kepadaMu.

Kafe Kaffah, 18, juni 2014

Rabu, 04 Juni 2014

PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI



PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP

PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
FATHOL AMIN
NIM.2010129180544
NIMKO.2010.4.129.0002.1.00524

Logo STIT.jpg



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KARIMIYYAH
PRODI KEPENDIDIKAN ISLAM
MEI 2014


PROPOSAL SKRIPSI


PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH  BERAJI GAPURA SUMENEP

Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-karimiyyah
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan Program Sarjana
Kependidikan Islam

OLEH:
FATHOL AMIN
NIM.2010129180544
NIMKO.2010.4.129.0002.1.00524



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KARIMIYYAH
PRODI KEPENDIDIKAN ISLAM
MEI 2014


PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

           

Proposal Skripsi oleh:
            Nama                           : FATHOL AMIN
            NIM                            : 2010129180544
Judul                           : PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN AL-KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

                                                                        Sumenep      mei 2014
                                                                        Pembimbing 1

                                                                        ABD. KADIR, M.Pd
                                                                        NUP.





KATA PENGANTAR

Puji syukur tentunya tak pernah lupa peneliti panjatkan kepada Ilahi Rabbi, yang tak henti-henti menabur rahmat dan hidayah serta ma’unahnya kepada sekalian makhluk yang berada di jagat raya ini, dan tak pernah luput pula Allah menggariskan takdir yang telah di tetapkanNya, sejak Alam azali hingga kelak akhir kehidupan. Peneliti tidak memiliki daya kekuatan tanpa pertolonganNya, hingga mulai awal sejak akhir penggarapan penelitian ini tidak pernah terlepas dan pantauan dan KehendakNya.
Solawat beserta salamnya semoga saja tetap mengalir deras keharibaan Baginda Rasul kekasih Allah, dan keluarga, sahabat juga orang-orang yang mengikuti jalan beliau hingga akhir zaman, Amin.
Penulisan proposal ini tentunya sebuah tugas yang dibebankan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun Akademik 2013/2014, dalam rangka mendapatkan gelar Serjana.
 Peneliti ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil dalam penggarapan Proposal Skripsi ini, sehingga dengan bantuan yang berupa tenaga maupun pikiran dan mental akhirnya Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan juga. Akhirnya dengan pengharapan yang dalam kepada Allah,SWT semoga penelitian ini bermanfaat dan paling tidak memberikan konstribusi pemikiran sekalipun secuil untuk kita semua.
Karena kesempurnaan hanya Milik Allah, maka peneliti yakin bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran untuk menyempurnakan penelitian ini peneliti sangat mengharapkannya.
                                                            

                                                               Sumenep       mei 2014
                                                                                                         
 Penulis


                                                               FATHOL AMIN




PEMBIASAAN LATIHAN PIDATO DALAM MENINGKATKAN MENTALITAS DAKWAH SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-KARIMIYYAH BERAJI GAPURA SUMENEP
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

A.      Latar Belakang
            Pengertian Dakwah menurut bahasa adalah penyiaran, propaganda, penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama[1].
Berbicara dakwah tentunya yang ada dibenak kita adalah para muballig  (yang menyampaikan), para da’i (orang yang mengajak), para kiyai serta orang-orang yang kokoh Agamanya yang sudah hafal Alqur’an dan hadis, padahal lebih jauh dari itu setiap diri kita da’i (orang yang mengajak) dan memiliki kewajiban untuk berdakwah sekalipun tidak untuk orang lain paling tidak kepada diri sendiri, sebagaimana sabda Rasul yang berbunyi: Sampaikan dariku walaupun satu ayat.
Namun sekalipun begitu tidak semua orang akan bisa menjadi da’i, karena menjadi da’i tidak mudah, tanpa memiliki ilmu mustahil akan berdakwah atau menjadi da’i, sebagaiman sebuah pepatah”orang yang tidak memiliki apa-apa tidak akan dapat memberikan apa-apa”[2] kalau ditarik benang merah dari pepatah itu maka dapat dipahami, kalau tanpa bekal dakwah maka tidak akan dapat berdakwah” logikanya mana bisa kenyang kalau tanpa makan, mana bisa tahu seperti apa rasanya, kalau tak pernah merasakan, begitulah paparan-paran lain tentang atau kaitan sebab akibat yang menjadi rumus kehidupan.
Di pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, ada berbagai kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pematangan mental, sebab sekian banyak kegiatan jika tak pernah teruji maka itu hanya akan menjadi hipotesa saja atau hanya menjadi teori yang tak ilmiah, oleh sebab itu peneliti ingin sekali menelusuri sebagian kegiatan yang mengarah pada pematangan mental yang kini akan peneliti teliti di pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep dengan judul” Pembiasaan Latihan Pidato Dalam Meningkatkan Mentalitas Dakwah Santri Pondok Pesantrean Alkarimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun Ajaran 2013/2014”
Berpidato itu mudah namun tidak semua orang bisa melakukannya, sebab berpidato tidak hanya memiliki modal pandai bicara akan tetapi bagaimana seorang pembicara itu mampu mengajak pendengar tenggelam dalam pembicaraannya[3]. seperti itu juga berdakwah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, sebab tidak ada Sesuatu yang sulit bagi mereka yang benar-benar ingin melakukannya. Sekalipun dengan beberapa cara yang akan ditempuh untuk memproyeksi dirinya menjadi bisa dari asal tak bisa menjadi bisa, menjadi bernilai dari awal Nol. Begitulah proses kehidupan penuh dengan perputaran, penuh dengan tangga, penuh dengan proses kesempurnaan, bagi siapa yang tak mau berproses maka ia tidak akan pernah berubah, ia akan tetap diam ditempat tak akan maju atau mundur tak akan naik atau turun.
Peneliti begitu tertarik untuk meneliti latihan pidato (Mukhadaroh/khitobah) yang di adakan setiap dua pekan satu kali di pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, karena begitu penting rasanya untuk diketahui lebih jauh, apakah ada peran penting pembiasaan  latihan pidato dalam meningkatkan mentalitas Dakwah di pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014.
B.     Rumusan Masalah
Dengan beberapa ulasan di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Strategi pembiasaan latihan pidato di Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014?
2.      Bagaimana mentalitas Santri dengan adanya pembiasaan latihan Pidato di Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014?
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Rumusan masalah di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
1.      Bagaimana Strategi pembiasaan latihan Pidato di Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014.
2.      Bagaimana Mentalitas Santri dengan adanya pembiasaan latihan Pidato di Pondok Pesantren Al-Karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tahun 2013/2014.


D.    Kegunaan Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:
1.      Sebagai pengembangan teori, bahwa dengan adanya penelitian ini bukan berarti sudah cukup? dengan kata lain tidak perlu memerlukan refrensi-refrensi lain, akan tetapi penelitian ini hanya sebagian kecil dari refrensi-refrensi yang sudah ada ditangan pembaca, oleh sebab itu penelitian ini disusun untuk mengembangkan teori yang dan juga sebagai tambahan wawasan kepada peneliti hususnya dan kepada pembaca umumnya.
2.      Semoga penelitian ini dapat bermamfaat bagi objek yang menjadi tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga dengan hadirnya hasil penelitian ini, dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada lembaga tersebut, dan bisa merealisasikan makna yang tersirat di dalam penelitian ini.
3.      Kepada STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-karimiyyah), sebagai tambahan koleksi perpustakaan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh generasi penerus yang akan berlangsung di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-karimiyyah), dan paling tidak sebagai pemenuh Al-mari perpustakaannya.
4.      Kepada Santri, tentunya bagi mereka yang benar-benar ingin berkiprah di dunia Dakwah maka penelitian ini pas untuk di dalami dan dibaca, agar dapat membantu dan memberikan sedikit bekal jalan menuju Dakwah.
5.      Kepada Masyarakat Umum dengan penelitian ini nantinya akan memberikan kemudahan untuk menempuh jalan Dakwah, dan mempermudah menemukan refrensi yang berhubungan dengan Dakwah.
E.     Alasan pemilihan judul
Bukan hanya dengan modal judul ini di Acc oleh pembimbing, akan tetapi karena setidaknya ada dua factor atau dua Alasan yang mempengaruhi peneliti untuk memilih judul ini, yaitu: alasan secara objektif dan alasan secara subjektif yang nantinya akan diurai lebih jelas di bawah ini.
1.      Alasan secara objektif dan subjektif
a.       Pembiasan latihan pidato  dalam meningkatkan mentalitas dakwah santri pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014,  merupakan judul penelitian yang memberikan satu tendangan yang sangat kuat bagi peneliti untuk diteliti, karena peneliti melihat adanya realita yang terurai di Pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep tentang penerapan kegiatan muhadarah/khitobah (kegiatan latihan berpidato), yang diadakan setiap dua pekan satu kali namun makna dan tujuannya tidak pernah ada dibenak para santri.
b.      Pentingnya mempersiapkan kader penerus dalam mingkatkan mentalitas dakwah dengan cara mengadakan latihan-latihan yang mengarah pada kecakapan dan kemampuan serta kematangan mental pendakwah.
c.       Sepanjang pengetahuan peneliti judul ini masih belum ada yang pernah meneliti sehingga dengan alasan itu juga peniliti ingin memberikan satu sumbangsih pemikiran yang nantinya biasa bermamfaat paling tidak sebagai tambahan wawasan dan pengalaman baru bagi peneliti sendiri husunya dan bagi pembaca umumnya.
d.      Pentingnya masalah yang terurai dalam isi judul di atas untuk dibiaskan atau diketuk tularkan kepada Santri Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014, agar menemukan garis terang bahwa pembiasaan latihan pidato berdampak meningkatkan mentalitas dakwah.
e.       Objek penelitian berada di tempat domisili peneliti yaitu Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga peneliti mudah dalam mengumpulkan data-data penelitian.
f.       Adanya kesanggupan peneliti untuk meneliti di Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep.
g.      Adanya bahan bacaan sebagai refrensi untuk mengarahkan dan memberikan sumbangsih pemikiran.
h.       Adanya idzin dari pihak lembaga untuk meneliti lembaga tersebut.








F.     Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini tidak simpang siur maka peneliti memberikan ruang lingkup atau batasan penelitian dengan fokus bahasan sebagai berikut:
1.      Ruang lingkup materi
a.       Bagaimana Agar santri Pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep Tahun 2013/2014 supaya telaten dalam membiasakan latihan pidato berikut dengan tatacara pidato yang baik yang mampu mengikat banyak pendengar sehingga terbawa kedalam pembicaraan dan tujuan pembicara.
b.      Bagaimana agar Santri pondok pesantren Al-karimiyyah memiliki mentalitas dakwah yang tinggi dengan adanya kegiatan latihan muhadarah/khitobah (latihan pidato) tersebut.
2.      Ruang lingkup Lokasi
Adapun Lokasi Objek penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, merupakan pondok Pesantren yang memberikan semangat juang bagi peneliti karena banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat mengasah dan mengembangkan mental Santri.



                                                                                                  

G.    Batasan istilah dalam judul
untuk memperjelas arah bahasan penelitian maka peneliti memberikan batasan-batasan istilah dalam judul supaya tidak membingungkan dan menyalah tafsirkan, sehingga dengan adanya batasan istilah dalam judul dapat dipahami dengan mudah.
a.       Pembiasaan dari kata dasar Biasa yang bermakna: wajar, umum, sesuatu yang lazim terjadi atau lazim dijumpai sebagaimana yang sudah-sudah; seringkali terjadi[4]. sehingga pembiasaan dapat diartikan sebagai, pewajaran, menjadikan umum, pelaziman dan menjadikan lazim.
b.      Pidato adalah The art of persuasion (seni membujuk atau mempengaruhi)[5]
Berpidato adalah menyampaikan gagasan, pemikiran dari seorang pembicara kepada Audien (pendengar).
c.       Dakwah adalah kegiatan keagamaan yang sifatnya menyiarkan dan mengajak mengamalkan kebaikan sesuai ajaran yang benar; propaganda atau siaran agama.[6]
d.      Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama islam (tafaqquh fi al-din) melalui buku-buku klasik atau modern yang berbahasa arab.[7]



H.    Kajian Pustaka
A.    1.Pengertian pidato
Pidato menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak[8].
            Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau imformasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion yaitu sebagai seni membujuk atau merayu serta mempengaruhi. Berpidato sangat erat hubungan dengan retorika yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif.
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek non bahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang, dan intonasi suara[9].
Dengan demikian berpidato membutuhkan keahlian sehingga tidak semua orang pandai berpidato sekalipun berpidato gampang dan mudah dilakukan, sebagaimana yang telah terdefinisikan di atas bahwa berpidato adalah proses penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion yaitu sebagai seni membujuk atau merayu serta mempengaruhi. Berpidato sangat erat hubungan dengan retorika yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Kemudian lebih jauh daripada itu pidato yang baik akan memberikan dampak yang akurat pada audien, jika orang yang menyampaikan pidato banyak memiliki pengalaman dan berwawasan tinggi, maka biasanya ia akan lebih enak dinikmati sementara jika yang menyampaikan pidato adalah orang yang kurang pengalaman dan sedikit wawasan yang dimilikinya maka pidato orang yang demikian itu akan membosankan audien. Sehingga pengalaman dan wawasan yang dimiliki oleh seseorang yang akan berpidato akan mempengaruhi terhadap jalannya pidato yang akan disampaikan.
1.      Memahami prinsip dasar berbicara di depan Umum (public speaking)
Sebelum menjadi seorang pembicara di depan Umum yang baik maka perlu melewati beberapa tahap persiapan, berikut ini yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang pembicara yang baik. Dalam buku yang berjudul 9 tahap mempersiapkan pidato dan Mc karya Drs. Rendra Badudu dan Dewi shinta,SS,M.Hum. (2013:13-15) menjelaskan bahwa beberapa hal yang perlu dilewati seorang pembicara yang baik seperti sebagai berikut:
Ø  Tehnik berbicara
Hal-hal  yang amat penting yang menjadi perhatian di depan Umum adalah tehnik berbicara, sebab tehnik berbicara ini sangat mendukung terhadap kesuksesan public speaking dari segi penyampain olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan anggota badan, maka hal-hal yang perlu dilatih berhubungan dengan problem di atas adalah sebagai berikut:
a.       Melatih suara:
Suara merupakan salah satu bagian terpenting dalam seni berbicara, karena suara yang baik akan menghadirkan suasana yang hidup, sekalipun setiap orang memiliki suara yang berbeda-beda namun hal itu tergantung bagaimana dalam pengolahan suara yang bercirikan khas dan unik. Hal tersebut dapat diproleh melalui latihan-latihan secara teratur dan terarah, dengan latihan secara teratur akan menghasilkan suara yang berkualitas dan berciri khas. Perlu diperhatikan bahwa memang ada orang yang memiliki suara yang keras, ada yang memiliki suara yang rendah. Suara yang rendah kiranya akan menyulitkan seseorang jika tampil dibalik keramaiyan sementara orang yang memiliki suara keras belum tentu dapat menyampaikan isi dari pembicaraannya secara utuh.
Adapun yang menjadi perhatian:
1). Intonasi: suara tidak datar dan seharusnya suara memiliki irama dan nada.
2). Artikulasi : setiap kata yang terucap harus jelas benar dan tidak samar, sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
3). Phrasing : dalam berbicara sebaiknya memberikan jeda agar dapat dipahami.
4). Stressing : menekan energi suara supaya tidak kelihatan loyo
5). Inflesi : perubahan nada suara, lagu kalimat, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata. Suara yang naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau jika suara itu menurun pertanda kalimat akan berakhir.
b.      Bahasa tubuh yang wajar
salah satu sarana pendorong public speaking adalah gerakan tubuh dan ekspresi saat berbicara. Gerakan tubuh juga sangat mendukung kesuksesan dalam berbicara, karena saat berbicara tidak dapat dipungkiri bahwa pembicara akan melibatkan bahasa non verbal yang akan ditilik oleh pendengar, bahasa ini secara tidak disadari terkomunikasikan terhadap pendengar sehingga pendengar akan mengintuisi isi sesungguhnya dari apa yang telah disampaikan oleh pembicara tersebut. Nah jika berpose atau berakting secara tidak alami maka akan memberikan respon kekakuan yang menggelikan terhadap pembicara, sehingga informasi yang disampaikan itu akan terkesan berbohong meski sebenarnya tidak.
c.       Wajah
Dalam pelatihan bahasa non verbal ini sangatlah penting untuk menyesuaikan suara dengan gerak tubuh. Semisal saat mengasungkan telunjuk diikuti suara yang lantang, jika bernada pelan, semestinya pula akan diikuti oleh gerak bibir yang ringan-ringan saja. Hal yang perlu diperhatikan adalah mencocokkan ekspresi wajah dengan ucapan, jika ada kontadiksi antara ucapan dan ekspresi wajah akan menampakkan sesuatu yang dibuat-buat sekalipun nyatanya tidak. Oleh karena itu dalam berbicara di depan umum sangat ditekankan ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaan intonasi dan uraian isi yang dibicarakan.
d.      Mata
Sorotan mata akan memberikan suatu ini energi kepribadian seseorang, seperti seorang wanita akan menjadi terpesona dan bergetar hatinya kepada seorang pria karena adanya kontak mata, sementara tatapan mata yang genit dari seorang wanita akan mampu meluluhkan hati seorang pria, namun ada juga orang yang memiliki sorot mata yang menakutkan sehingga banyak orang yang berusaha untuk  mengalihkan tatapan mata. Perlu diketahui bahwa sorot mata yang baik akan menghadirkan susana yang menyenangkan.
e.       Kepala
Bahasa tubuh akan mengiringi pembicaraan yang disampaikan, jika ada suatu pembicaraan yang menakjubkan atau sesuatu hal yang pas dan dapat dipahami maka kepala itu secara otomatis akan mengangguk-angguk mengikuti alur jalannya pembicaraan, namun hal tersebut jika dilakukan dengan saat yang tidak tepat maka akan berakibat vatal, sebab orang yang menggerakkan kepala tanpa ada sebab atau situasi dan kondisi yang tepat, orang yang demikian itu akan dianggap tidak waras.
f.       Mulut
Mulut ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses berkomunikasi. Karena perkataan seseorang dapat terbca melalui gerak mulutnya. Namun bagian yang terpenting yang perlu dilatih adalah bagian lidah dan bibir. Maka setiap berbicara hendaklah memposisikan lidah setepat mungkin sesuai dengan alur kata yang terucap, sementara bagian yang lain adalah bibir. Gerakan bibir yang beragam akan memberikan daya tarik bagi pendengar, jika sedang marah maka bibirnya akan cemberut atau jika dalam keadaan senang maka bibirnya akan menyungging senyum. Amat baik jika latihan dilakukan di depan cermin. Perhatikan gerakan bibir dan harmonisasi dengan materi yang diucapkan. Perlu kesabaran yang tinggi karena emosi dalam diri dapat mempengaruhi konsentrasi pergerakan bibir sehingga menjadi tegang dan tidak tenang.
2.      Melatih keberanian berpidato[10]
Bakat pengaruhnya kecil sekali. Pengaruh bakan kalau dipersentasekan hanya berkisar 10%, sedangkan sisanya 90% adalah hasil belajar dan berlatih (Tomas Alva Edison). Memang benar ada orang yang dikaruniai bakat berpidato yang baik sekalipun tidak banyak, namun bermodal bakat tanpa belajar dan berlatih tidak akan bisa berpidato dengan baik. Sebaliknya sekalipun tanpa bakat namun diikuti kemauan yang tinggi tekun belajar dan berlatih maka akan bisa melakukannya. Jadi, belajar dan berlatih itulah sebenarnya modal atau sebagai penentu bukanlah bakat. Bakat hanya sebatas mutiara yang ada dalam lumpur, jika tidak ada yang menemukannya atau menggalinya dengan baik, maka tidak akan pernah menemukan bakat yang sebenarnya. Jadi, janganlah takut untuk memulai, menggali potensi diri dalam berpidato. Setiap orang dapat memulai tergantung keinginan yang kuat dalam diri masing-masing, jika hal demikian tidak pernah tercoba maka tidak akan pernah tau baik atau tidaknya dalam melakukan suatu hal yang menjadi misteri percobaan tersebut.
Kemampuan berpidato bukan warisan dari orang tua, seorang ayah yang pandai berpidato tidak akan menjadi jaminan bahwa anaknya pula akan menjadi pandai berpidato, kemampuan berpidato hanya dapat diproleh dari hasil belajar dan berlatih, oleh karena itu setiap orang tidak perlu berkecil hati kalu belum berani berpidato, hal yang pasti setiap orang memiliki bakat berbicara yang perlu dikembangkan untuk mencapai terampil berpidato.
Sekali-sekali mengevaluasi diri dengan mengutarakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri, semisal apakah saya sudah berani berbicara di depan umum? Apakah saya tidak merasa grogi jika berbicara di depan umum? Bagaimana tanggapan orang ya jika saya berbicara di depannya? Nah pertanyaan demikian ini jika ditangga atau direspon baik maka akan menghasilkan kekuatan yang sangat ampuh untuk mengobati demam panggung.
3.      Menghindari rasa gugup saat berpidato[11]
Setiap orang mesti pernah merasakan takut, grogi merasa serba salah jika disuruh tampil di depan umum, biasanya hal demikian dialami pada saat pertama kali tampil di depan umum, perasaan tersebut biasanya sebagai berikut;
v  Merasa malu terhadap hadirin menertawakan dan tidak menganggap pidato apa yang telah tersampaikan
v  Jantung berdetak keras, tangan bergetar, keringat membasahi badan dan beranggapan bahwa hadirin akan mengahakimi
v  Saat berpidato ingin cepat-cepat selesai
v  Ingin secepatnya menyingkir dari hadirin
v  Beranggapan kurang baik kepada hadirin
v  Memilih untuk menghindari tatapan hadirin
Berpidato memang mudah-mudah susah, mudah bagi yang sering melakukan dan sulit bagi yang belum terbiasa berpidato. Bagi yang belum terbiasa pasti ada hambatan yang setidaknya mempengaruhi kelancaran jalannya pidato. Hambatan yang paling serius adalah demam panggung, sehingga semua menjadi kosong, demam panggung adalah perasaan resah dan gelisah yang disebabkan oleh adanya rasa malu, takut dan rendah diri saat berada di atas panggung.
Demam panggung biasanya tampak jelas bagi seseorang yang harus tampil sendirian. Jika merasa gugup saat berpidato, berarti orang tersebut mengalami demam panggung, adapun ciri-ciri demam panggung saat pidato berlangsung kira-kira sebagai berikut;
v  Kaki dan tangan gemetar
v  Jantung berdetak cepat dan keras
v  Muka menjadi merah
v  Telinga menjadi teras panas
v  Mulut menjadi kering dan bibir sulit digerakkan
v  Mata tidak berani bertatapan dengan pendengar
v  Keringat dingin bercucuran
Jika demam panggung menyerang biasanya membuat tubuh tidak berdaya, pikiran menjadi kacau, apa yang telah dipersiapkan menjadi berantakan dan pembicaraan tidak terarah. Sehingga cara-car berpidato hilang tak terlacak kembali, konsentrasipun menjadi buyar dan semua mata hadirin seakan menjadi siksa. Kondisi demam panggung akan menjerumuskan akan menjerumuskan ke dalam pembawaan pidato yang tak jelas, terkadang kata-kata yang sudah disampaikan diulang kembali sehingga membuat pendengar merasa bosan sebab mendengarkan kata-kata yang itu-itu saja. Terus bagaimana cara mengatasi demam panggung? Coba diketahui dulu asal terjadinnya demam panggung tersut, misalkan karena tidak menyiapkan materi yang akan disampaikan atau merasa takut terhadap apa yang disampaikan kurang baik di telinga pendengar. Hal yang demikian wajar dialami seorang pemula dalam berpidato sehingga hal itu memerlukan latihan dan kepekaan terhadap diri sendiri, sehingga memiliki keberanian dalam menyampaikan materi pidato dan merasa selalu siap tempur kapanpun dan dimanapun. Sering-seringlah minta koreksi terhadap orang lain tentang dimana titik kelemahan penyampain materi tersebut, tidak perlu takut untuk dikritik, sebab kritik yang baik adalah kritik yang dapat membangunkualitas mental.
4.      Membangkitka keberanian berpidato[12]
Sebuah pepatah bijak mengungkapkan” keberanian bukan menaklukkan musuh-musuhmu. Keberanian sejati adalah saat kamu mampu mengendalikan diri sendiri”.
Barang kali pepatah itu dapat dipergunakan saat berpidato, namun keberanian tidak tumbuh begitu saja secara serta-merta, keberanian akan muncul sebab adanya proses dan hentakan dalam diri, baik melalui proses pengalaman atau pembelajaran dari kesalahan-kesalahan. Keberanian semacam itu akan muncul dengan sebab pengendalian diri.
Supaya memiliki keberanian berpidato, pemula seharusnya memerlukan waktu yang lama untuk berlatih secara bertahap. Berikut ini tahapan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan keberanian berpidato.
v  Memulai dari hal-hal di kehidupan sekitar
v  Mengemukakan tema yang menarik
v  Membaca refrensi
v  Belajar dari pidato orang yang telah terkenal
v  Sering berlatih di depan cermin
5.      Memahami etika dalam berpidato[13]
Berbicara mengenai etika berarti berbicara mengenai sopan santun, tatak rama dan berbagai keutamaan lainnya, tentu berbeda berbicara di depan para ilmuan, golongan para pelajar, petani dan lain sebagainya. Mengetahui keberadaan pendengar sangat membantu untuk menyikapi bagaimana cara terbaik jika berbicara di depan mereka semua. Oleh karena itu tau keberadaan pendengar bukan hal sepele sehingga tidak diperhatikan. Jika demikian kesan pendengar akan menjadi kurang baik, sehingga apa yang telah disampaikan menjadi kurang menarik. Maka perlulah memang beberapa etika yang penting untuk diketahui seperti:
Ø  Etika berpidato di depan umum
Ø  Etika berpidato di depan pejabat
Ø  Etika berpidato di depan pemuka agama
Ø  Etika berpidato di depan para wanita
Ø  Etika berpidato di depan pemuda/Mahasiswa
Ø  Etika berpidato di depan masyarakat Desa.
Dengan mengetahui etika-etika tersebut, maka akan membantu mempermudah untuk membuat pendengar lebih peka dan mengerti terhadap apa yang telah disampaikan, berbeda dengan seorang yang berpidato namun tidak pernah tau dengan etika berpidato sehingga menjadi tercampur baur, seharusnya pidato yang layak untuk disampaikan di depan para pemuka agama namun disampaikan di depan para petani sehingga membuat pendengar kebingungan dan tak mengerti terhadap arah pembicaraan tersebut.
B.     2. Definisi Dakwah
Dakwah menurut bahasa memiliki makna yang bermacam-macam[14]
1.      Memanggil dan menyeru, seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat 25:
والله يدعوا الي دار السلام ويهدي من يشاء الي صرامستقيم
“ Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (islam)”.
2.      Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun yang negatif
3.      Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu
4.      Do’a (permohonan), seperti dalam firman Allah:
.....اجيب دعوة الداعي اذا دعاني......
“.....Aku mengabulkan permohonan orang jika meminta kepada-Ku...
5.      Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’abi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.
Perkataan dakwah berasal dari bahasa arab da’a artinya memanggil atau menyeru, mengajak atau mengundang. Jika diubah menjadi dakwatun maka maknanya akan berubah menjadi seruan, panggilan atau undangan[15]
Secara terminologi para Ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefiniskan dakwah[16], hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kalimat dakwah itu sendiri,sebagian Ulama’ seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Abu al-futuh dalam kitabnya al-madkhal ila ilm ad-Dawat mengatakan, bahwa dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian ada yang mengatakan bahwa dakwah adalah ilmu dan pembelajaran (ta’lim), sementara Muhammad al-khaydar husayn mengatakan dakwah adalah mengajak kepada kebaikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar dapat kebahagiaan dunia akhirat.[17] Ahmad Ghalways mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam, yang mengacu kepada penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah, syariat dan akhlaq[18].
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dakwah adalah suatu tindakan  yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mempengaruhi orang lain agar mampu melakukan hal-hal yang baik dan mampu mencegah dari hal-hal yang jelek, sehingga jalan hidup menjadi terarah, tentram, damai dan bahagia.
Dan kalau dilihat dari segi kewajiban berdakwah setiap orang memiliki kewajiban untuk melakukan dakwah sekalipun tidak dengan cara terang-terangan seperti halnya para da’i yang telah menjadikan dakwah sebagai jalan sumbernya amal bagi dirinya.
Dan sementara kewajiban berdakwah itu termanuskrip dalam Alqur’an dan hadis, bahwa kewajiban berdakwah itu pada mulanya ditujukan pada rasulullah, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan seterusnya dipikulkan kepada para ulama dan pemimpin-peminpin islam.
Nah kewajiban berdakwah bagi setiap orang  itu wajib bila hal berikut ditilik dari kata tabligh, sehingga peran setiap muslim laki-laki dan perempuan menjadi nampak.
A.    Metode dakwah[19]
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu”Meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,cara). Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang perlu dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan arti dakwah menurut beberapa pakar ilmuan sebagai berikut:
1.      Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan islam dengan maksud memindahkan ummat dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
2.      Pendapat syekh ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian dunia akhirat.
Dari pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh mad’u untuk mencapai tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang.
B.     Bentuk-bentuk metode dakwah[20]
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
serulah (manusia) kepada jalan (Agama) Tuhan-mu dengan kebijaksanaan dan pelajaran yang baik dan bantahlah (berdebatlah) dengan mereka dengan( jalan) yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu  lebih mengetahui orang-orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl; 125)
                Dari ayat di atas dapat ditarik pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
a.       Metode dakwah bil-hikmah
Kata hikmah dalam Al-qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat[21]. Betuk masdar dari hikmah adalah hukman yang memiliki arti adalah mencegah, jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Al-hikmah juga berarti tali kekang pada binatang, seperti istilah hikmatul lijam, karena lijam (cambuk atau kekang kuda), itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan, diartikan demikian karena tali kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan kudanya sehingga penunggang kuda dapat mengaturnya baik untuk perintah lari atau berhenti. Dari kiasan terbut berarti orang yang memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari perbuatan yang hina.[22]
                Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat, karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.
b.      Metode dakwah bil-mauidza al-hasanah
Secara bahsa mauidzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauidzah dan hasanah. Kata mauidzah berasal dari kata wa’adzah yaidzu wa’dzan-idzatan yang berarti nasihat, bimbingan pendidikan dan peringatan.[23] Sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain;
Ø  Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:
“Al-mauidzah al-hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-qur’an”.
Ø  Menurut Abd. Hamid al-bilali al-Mauidzhah al-hasanah merupakan “salah satu manhaj(metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik”
Dengan demikian Mauidzah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur-unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah berita gembira, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam hidup bermasyarakat, di dunia maupub di akhirat.
c.       Metode dakwah bil-Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Secara etimologi (bahasa) lafad mujadalah terambil dari kata “jadalah” yang bermakna memintal, melatih. Apabila ditambahkan huruf alif pada huruf jim yang asalnya” jadala” menjadi ”jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan mujaadalah bermakna perdebatan.
Secara terminologi (istilah) mujaadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secar sinergis, namun tanpa ada suasan yang melahirkan permusuhan.
Dengan definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari mujadalah adalah, tukar pendapat yang dilakukan oleh dua orang dengan sinergis, namun tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan supaya lawan yang diajak bertukar pendapat mendapat keyakinan dari argumen-argumen yang diutarakan dengan diikuti bukti-bukti yang kuat, kemudian antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenara, mengakui kebenaran pihak lain dan ihlas menerima hukuman tersebut.


C.     Sumber metode dakwah[24]
1.      Al-qur’an : di dalam alqur’an tentunya banyak ayat-ayat yang mebahas tentang masalah dakwah, seperti ayat-ayat yang ditujukan kepada Rasulullah agar melancarkan dakwahnya.
2.      Sunnah rasul : dalam hadis-hadis banyak pula yang berkenaan dengan dakwah, begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangan dan cara-cara yang beliau dalam menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di makkah maupun di madinah. Semua ini memberikan contah terhdap metode dakwah.
3.      Sejarah didup para sahabat: dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru dakwah, karena mereka adalah orang yang luar biasa dalam bidang agama.
4.      Pengalaman : Experien is thebest teacher, ini adalah sebuah motto yang punyak pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah adalah merupakan hasil dari pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala dijadikan refrensi ketika berdakwah.
D.    Macam-macam dakwah[25]
1.      Dakwah kepada seluruh Ummat manusia
Dakwah yang dilakukan oleh Ummad Muhammad adalah menyeru seluruh manusia agar beragama hanya karena Allah, ini merupakan kewajiban ummat islam secara menyeluruh, sebagai konsekuensi khaira ummat (ummat terbaik) yang dilahirkan untuk manusia yang bercirikan amar ma’ruf nahi mungkar.
2.      Dakwah sesama kaum muslimin
Dakwah kaum muslimin kepada muslimin yang lain adalah bentuk saling memperingati amar ma’ruf nahi mungkar.
C.     3. Defenisi pondok pesantren
Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren yang setidaknya ada lima ciri, yang terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren.
Ø  Kyai
Ø  Santri
Ø  Pengajian
Ø  Asrama
Ø  Masjid
Sehingga setelah kelima unsur yang ada di atas tersebut disatupadukan maka muncullah ta’rif atau defenisi dari pondok pesantren, yang berdiri dalam kegiatan
1.      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
2.      Mengembangkan keilmuan yang bermanfaat
3.      Pengabdian terhadap agama masyarakat dan negara.
Dalam pelaksanaannya dari sekian banyak sistem atau tipe pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua bentuk yang penting:
1.      Pondok pesantren salafiyah
Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang mengajarkan al-qur’an dan kitab-kitab agama islam yang memang hal ini masih sesuai dengan perkembangannya sejak awal berdirinya. Pondok pesantren yang demikian dapat meningkat dengan mengeluarkan kurikulum tersendiri, dalam artian kurikulum ala pesantren itu sendiri berdasarkan khas yang dimiliki pondok pesantren itu sendiri.
2.      Pondok pesantren khalafiyah
Pondok pesantren ini biasanya disamping menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal, baik bercorak jalur sekolah umum maupun sekolah yang bercirikan agama islam.
Pembelajaran di pondok pesantren ini biasanya menggunakan kurikulum yang berbentuk klasikal dan berjenjang, dan bahkan pada sebagian kecil pondok pesantren pendidikan formal yang diselenggarakannya berdasarkan pada kurikulum mandiri.
            Dengan demikian pesantren terbagi menjadi dua macam yaitu pesantren salaf (kuno) dan pesantren khalaf (modern), dan kedua bentuk pesantren ini memang sama-sama berasaskan agama islam, sekalipun di dalamnya banyak perbedaan perbedaan kurikulum yang diterapkan, ada yang masih kokoh dengan kurikulum yang dulu mulai sejak lahirnya pesantren hingga ada temuan-temuan baru yang diterapakan oleh pesantren khalaf (modern).



I.       Metode penelitian
a.      Jenis penelitian dan pendekatan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, sementara pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif  yaitu memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki[26]. Penelitian kualitatif deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan dilakukan.
b.      Lokasi penelitian
Tempat penelitian ini peneliti lakukan di Pondok Pesantren A-lkarimiyyah Beraji Gapura Sumenep.
Peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-karimiyyah ini,  karena adanya suatu alasan yang memberikan tendangan kuat dan menimbulkan suatu sikap penasaran peneliti, sebab adanya suatu fenomena yang unik, namun tertimbun oleh kekurang pekaan dari pihak-pihak yang berwenang untuk menelitinya, hingga peneliti memberanikan diri untuk membuka kembali tirai yang menimbun suatu fenomena yang unik dan akan mengangkatnya ke depan umum atau paling tidak di depan orang-orang yang berdomisili di pesantren.
c.       Kehadiran peneliti
Dalam proses melakukan penelitian ini, peneliti masih tercatat sebagai santri Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, sehingga keberadaan peneliti setiap hari ada di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, dengan demikian peneliti tidak merasa kesulitan untuk mengumpulkan data-data yang ada di Pondok pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, yang dilakukannya baik bersentuhan langsung dengan objek penelitian ataupun memahami gejala-gejala fenomena yang ada.
d.      Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data tersebut diproleh.[27] Sumber data yang ada dalam penelitian ini merupakan masyarakat pesantren, yang memberikan berbagai macam keterangan-keterangan melalui proses wawancara yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian, selain itu sumber data didapat pula di dokumen Pesantren hal ini yang mengorek informasi tentang Profil Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep.
e.       Teknis pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti untuk mengumpulkan data tentunya menggunakan beberapa metode yang akan dipaparkan di bawah ini.
1.      Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosuder yang tersandar. Observasi adalah suatu istilah umum yang memiliki arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya.[28] Dengan menggunakan metode ini peneliti anggap sangat penting untuk mengamati gejala kejadian yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep, baik masyarakat pondok pesantren maupun pesantrennya sendiri, dan dengan menggunakan metode Observasi ini, tentunya membantu peneliti untuk mendapatkan data-data yang ingin dikumpulkan di tempat atau lokasi penelitian.
2.      Wawancara
Selain pengumpulan data dengan menggunakan observasi(pengamatan), maka dalam ilmu sosial data dapat juga diproleh dengan mengadakan interview atau wawncara.[29] Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara sipetanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( panduan wawancara)[30].
Wawancara ini sekalipun berarti proses percakapan atau tanya jawab dari seorang penanya kepada responden, bukan berarti seperti tanya jawab sehari-hari dengan kata lain tanya jawab di wawancara, merupakan tanya jawab yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang sekiranya berkaitan dengan penelitian, beberapa hal yang dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari[31] antara lain:
·         Pewawancara selalu bertanya
·         Responden selalu menjawab pertanyaan
·         Dilakukan pada saat penelitian berlangsung
·         Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang sudah dibuat
Dalam proses wawancara ini peneliti dalam mengumpulkan data yang menjadi sasaran wawancara adalah masyarakat pesantren, sebab hanya merekalah yang paling tahu dengan kondisi, kejadian yang berlangsung di Pesantren.
3.      Dokumentasi
Tidak kalah pentingnya dengan metode-metode pengumpulan data yang lain, Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.[32] Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan dokumen-dokumen objek penelitian yang berupa profil pesantren, keberadaan masyarakat pesantren dan lain-lain.
f.       Teknik Analisis Data
Anaslisi data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca.[33] Dengan kata lain analisis data adalah proses pengolahan kembali hasil pengumpulan data dengan mengedit data yang telah diproleh dilapangan, data yang kelihatan masih belum matang sehingga menjadi data yang siap saji dengan tujuan dan maksud penelitian. Sebenarnya menganalisa data bukan berarti merombak hasil data yang telah diproleh melalui beberapa metode pengumpulan data, akan tetapi analisi dat tersebut, mengolah data menjadi data yang benar-benar matang, baik berupa bahas, tulisan dan pengelompokan data yang diroleh.
g.      Keabsahan penelitian
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengecek keabsahan temuan selama penelitian di lapangan sebagai berikut:
v  Perpanjangan kehadiran peneliti
Perpanjangn penelitian yang dilakukan dengan menambah waktu dalam pengambilan data di lapangan, baik melalui wawancara maupun observasi terhadap objek penelitian.
v  Ketekunan pengamat
Selama penelitian berlangsung peneliti tekun mengamati, meneliti dan merinci secara berkesinambungan data-data sebab ingin sekali mendapatkan data yang valid, dan siap untuk dipertanggung jawabkan.
v  Triagulasi
Triangulasi ini menggunakan bandingan atau pengecekan lebih lanjut terhadap kepercayaan informasi melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, dan triangulasi dari sumber dalam penelitian ini membandingkan ketiga data yang telah dilakukan baik dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi.
h.      Tahap-tahap penelitian
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkafer sebagai berikut:
Ø  Tahap pendahuluan atau orentasi dan memperoleh gambaran umum tentang hal-hal yang mengarah kepada penelitian
Ø  Eksplorasi fokus
a). Menyusun proposal penelitian
b). Melakukan penelitian
c). Melakukan analisi data
Ø  Pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data
Ø  Penyimpulan hasil penelitian
i.        Sistematika Penulisan
Supaya penulisan skripsi sesuai dengan sistematika atau paling tidak teratur dan nyaman dilihat, maka penulisan tersebut menggunakan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Ø  Bab pertama berisi: pendahuluan yang terdiri dari, Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Alasan pemilihan judul,Ruang Lingkup Penelitian.
Ø  Bab kedua berisi: kajian pustaka secara garis besarnya membahas Definisi dari pidato, kemudian Definisi Dakwah dan Definisi Pondok Pesantren
Ø  Bab ketiga metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, cara menganalisis data, keabsahan data serta tahap-tahap penelitian.
Ø  Bab keempat berisi: pembahasan secara deskriptif tentang isi dari penelitian.
Ø  Bab kelima berisi : penutup, kesimpulan, saran-saran, dan daftar pustaka.


 
Daftar pustaka

pedoman penulisan skripsi program strata satu(S1). Sekolah Tinggi Islam Al-karimiyyah Beraji Gapura Sumenep.2012
Nazir,metode penelitian,Ghalia Indonesia, Bogor:2005
Arikunto, Suharsimi,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,PT Asdi Mahasatya, jakarta: 2006
Suparta, Munzier, Hefni,Harjani, metode dakwah, kencana: jakarta: 2006
Faizah, Effendi, Muchsin lalu, Psikologi Dakwah, Rahmat Semesta; Jakarta:2006
Pahlawan kayo, khatib,manajemen dakwah dari dakwah konvensional menuju dakwah profesional, Amzah;Jakarta 2007
Al-awa’iy, Taufiq, Dakwah ke jalan Allah muatan sarana dan tujuan, Robbani press, Batuampar,jakarta: 2010
Badudu, Rendra, Shinta, Dewi, 9 tahap mempersiapkan pidato dan MC jago pidato dan Mc dalam segala acara,Pustaka cerdas, sleman, Yogyakarta: 2013
Waringin jati, Damar Aneka contoh Pidato dan pembawa acara,Mulia jaya surabaya
Nugraha, Andrian R,Pandai berpidat, PT Gading Inti Prima;Jakarta: 2012
Kamisa, kamus lengkap bahasa Indonesia,Kartika;Surabaya: 1997
Yunus,Mahmud,Tafsir Qur’an karim 30 juz,PT. Hidakarya Agung; Jakarta: 1957






[1] Sofwere KBBI Daring Pusat Bahasa Depdiknas, © 2008.
[2] Shalih al-usaimin, Muhammad bin “ Bekal bagi para da’i di dalam dakwah” © 2007.hal.2
[3] Waringin jati, Damar “ Aneka contoh pidato dan pembawa acara” Mulia jaya Surabaya.hal. 7
[4] Kamisa, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Kartika Surabaya:1997.hal 82
[5] Badudu,Rendra, Shinta,Dewi, 9 tahap mempersiapkan pidato dan MC, Pustaka Cerdas Jl. Magelang KM7 Sleman, Yogyakarta: Oktober 2013.hal.11
[6] Ibid.hal. 119
[7] ---------------Pola pengembangan pondok pesantren, Departemen Agama; 2003 hal. 82
[8] Kamisa, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Kartika Surabaya:1997.hal 422
[9] http://belajarpsikologi.com. Diakases pada tanggal 18-05-2014

[10] Nugraha, Andrian R pandai berpidato PT Gading prima jakarta: 2012. Hal.6-7
[11] Ibid hal.8-9
[12] Ibid. Hal.11
[13] Badudu, rendra.Shinta, Dewi 9 tahap mempersiapkan pidato&Mc. Pustaka cerdas yogyakarta: 2013.hal.50
[14] Faizah,Effendi Muchsin lalu Psikologi Dakwah Rahmat semesta: jakarta: 2006
[15] Pahlawan kayo RB. Khatib manajemen dakwah dari dakwah konvensional menuju dakwah provesional jakarta: Amzah, 2007
[16] Ibid, hal.5
[17] Ibid hal. 6
[18] Ibid hal. 6
[19] Suparta Munzier.Hefni Harjani metode dakwah jakarta;kencana:2006. Hal.6
[20] Ibid. Hal. 07
[21] Ibid.hal.8
[22] Ibid.hal.9
[23] Ibid, hal.15
[24] Suparta munzier, hefni harjani metode dakwah jakarta kencana:2006
[25] Al-wa’iy taufik dakwah ke jalan Allah muatan sarana dan tujuan jakarta: Robbani press:2010
[26] Nazir metode penelitian, Ghalia Indonesia; bogor selatan:2005
[27] Arikunto,Suharsimi prosuder penelitian suatu pendekatan praktik, PT Asdi mahasatya, jakarta: 2006

[28] Ibid, hal 222
[29] Nazir, metode penelitian, Ghalia Indonesia;Bogor selatan:2005,hal.193
[30] Ibid, hal.193-194
[31]  Ibid, hal. 194
[32] Ibid. Hal.231
[33] Ibid, hal.358