BIBIRKU
TELAH KAKU
Bibirku telah kaku mengahamburkan pelembab
romantis-romantis cinta
Lantaran telah lama di rundung kepiluan
Mataku telah sayu menatap keindahan cinta
Karena sudah jauh aku memutar kenangan di
ambang qalbu,,,,,,
Namun itu bukan sebuah isyarat getir
Ketraumaan jiwaku dalam pemburuan cinta
Sehingga
perlu kau petik kembali biola perjalanan yang pernah kita sulam
bersama……
Oh,,,,,,, perempuan yang kubingkai dengan
taburan rindu
Bukan malam yang mengasingkan aku dari
keramaian
Serta bukan resah yang aku tangisi
Tapi,,,,, pana asmaraku telah patah di ujung
alismu
Tak
kunjung habis gubahan syahdu ini aku derukan
Entah mengapa padahal pasir tandus
Menggulung daun jagung yang baru saja
Membuncit ingin menyaksikan alam,
Serta
seruan tuhan kini taklagi jadi penuntun kehidupan
Larangan tuhan kini tak lagi sebagai
rem,,,,,,keimanan
Semuanya
telah kembali kezaman jahiliyyah
Yang kuatlah yang banyak hartanya, yang kuatlah
yang banyak istrinya
Senyum kemaluan saat ini berbulir tak pernah memilih mahal,,,
Baik kesunyian maupun keramaian tetap akan
terkiprah.
Beraji,2013
RANTAI
PENGEMBARAAN
Sebenarnya wujud itu awalnya samar
Sebelum melengkungkan tasbih diantara belantara ,
Seasing binal matanya meanatap rembulan yang karat diatas mendung,
Sunyi mengumandangkan luruh abjad
Pada kesombongan selaksa rantau dibeberapa zaman,
Aku belum sempat menghatamkan perkara rayuan itu
Karena sekalipun embun subuh merinai roh keabdian disekujur
tubuhku
Laksana matahari terbit namun sinarnya tak mengeluk dedaunan.
Runtuh sudah bangunan yang kita buai selama seribu abad yang lalu
Angin lupuling telah mengetahui penginapan kita lantaran kabut
yang bersandiwara
Dibalik keangkuhan memukimkan muara sumbang dikejauhan
percakapanku dengan sunyi.
Aku terbekuk dengan rantai pengembaraan.
28 februari 2013
SEAMSAL BEDUK
Sudah lama aku meninggalkan jalan yang telah
merekah dipersimpangan perselingkuhan
Di persentuhan jiwaku menemani kehidupan ini
yang penuh kekeringan.
Tak sempat mengumpat kegembiran dan mengusir
kesedihan
Tak ada kebahagian dan juga kesedihan terlampau
menjimpratku
Bila kutahu pada kemarau yang berkepanjangan
dan penghujan yang berkepanjangan tentu tak ada yang lebih memenangi di
relung-relung perjalanan.
Sumpah sekalipun aku tak mendambakan kebahagian
dan tak mengharap kesedihan
Tentu saja semua akan terjuntai di ambang
pelestarian kehidupan
Karena diriku seamsal beduk yang terpatri di
hiwalah mesjid yang akan ditabuh jikalau sampai
waktunya
mengalunkan adzan dan mendirikan solat,
Beraji,
2013
GEMURUH
JIWA
Sebetulnya
aku masih membutuhkan rindu yang pernah engkau titip melalui nyanyian angin
malam namun entah mengapa rembulan tak lagi ngintip dibalik tabir kegelisahanku
selama ini menjadi pengayun kecembrutan yang melunta-lunta di ambang kegelisan.
Akupun kini
telah menggulung wajah perawan itu dipersujudan
Dan aku
curhatkan pada tuhan tentang dia dan aku,,,,,,
Bila
sajak-sajak ini terentet dalam pantai kasihMU
Dan kau
warnai dengan keagunganMU maka akan kurampungkan kali in ijuga sebagai sajak
keluh kesah hidupku hanya padaMU
Batu
putih, 2013
HATI
SIAPA YANG TAK BERGETAR INI
Di dalam
musafir gelap ini, kita tak sempat
mengalirkan air di ubun dini
Padahal
malaikat mulai menyingsingkan jubah membangunkan abdi-abdi yang soleh, tak ada
arti hidup mengelupas selama tembang kemaksiatan menggeluti sesajen pernafasan,
Lihatlah
betapa hancur dunia diporak-porandakan oleh sesosok tengkuk yang membulirkan
kesenjangan hidup,
kita
disutradarai oleh ifrit,,,,,,
mereka
dibimbing oleh nafsu,,,,,,
kalian
ditunggangi oleh wanita,harta,dan tahta
Didalam
ibadah kita tembangkan kebutuhan dahir tak lagi memikirkan batin,,,,, padahal
yang LATIF mengetahuinya hati siapa yang tak bergetar ini….
Merimbunkan
lumbung kegaduhan dengan jaring semerbak endapan bisu dengan kebajikan.
Beraji, 2013