Jumat, 14 Februari 2014

cerpen

LEBAY


Seperti ungkapan yang sering terdengar dari seorang yang dimabuk cinta ” jiwa seorang yang dimabuk cinta akan merasa sakit karena rindu, sebab seorang pecinta selalu ingin bersama, sekalipun rintangan selalu mengahadang membuat batin menjerit dan tubuh binasa, namun bagi pecinta kebahagiaan dan kesedihan itu sama indahnya, karena cinta sejati pengorbanan takkan sia-sia”.
Dalam pengembaraan menunggangi perahu cinta seorang remajalah rajanya, dari bingkai segala hal inginnya serbah wah, kebersihan dialah yang ingin paling bersih, kerapian dialah yang ingin paling rapi, penampilan dialah yang ingin paling menarik, pokoknya dunia remaja itu adalah masa-masa ingin menjajal dunia.
“Waktu itu setelah Natasya bersama teman-temannya merencanakan untuk menghabiskan liburan di kampung halaman tercintanya, dengan kurun waktu liburan panjang bulan lalu, sementara beberapa teman-temannya yang lain masih menetap di asrama. Setelah tiba saat yang di tunggu-tunggunya, berangkatlah Natasya, Tini dan wardah ke Terminal Bus dengan Tujuan Mudik,
“ karena di terminal penumpang masih dapat dihitung dan antrean pemberangkatan bus masih belum ada tanda-tanda untuk berangkat, maka Natasya dan kedua temannya Masih nongkrong dulu di tempat peristirahatan penumpang, yang sudah jelas kelelahan dari berbagai jurusan. Sebelum lama menduduki tempat itu, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menyamplang Tas di lambungnya dengan ukuran tidak terlalu besar cukup untuk mengamankan buku dan bolpen.
“pemuda itu meminta izin duduk di samping Natasya, dengan Ragu-ragu Natasya mengizinkannya.
“ Ah ini kesempatanku untuk mengenal siapa dia dan darimana asalnya??? Rasa-rasanya aku pernah melihatnya, Dimana ya??? Soalnya wajahnya tidak asing bagiku, biasanya setiap firasatku ketika mengatakan tidak asing, aku benar-benar pernah tau atau paling tidak pernah melihatnya. Tapi dimana ya??? Pemuda itu bertanya-tanya dalam hatinya, dengan tingkahnya yang aneh yang selalu menatap lekat wajah Natasya, kemudian membuka-buka ingatannya tentang wajah yang merona di sampingnya. Membuat Natasya curiga dengan tingkahnya yang aneh itu.
“Mba’ kelihatannya kita pernah ketemu deh...!!! pemuda itu mencairkan suasana,
“ Emm pernah ketemu,,!!!! Dimana??? Tanya Natasya menyelidikinya.
“ Entahlah ingatanku tak terdefinisakan.
“ kalau kamu sendiri sudah lupa...!!!! Apa lagi aku, sementara aku baru kali ini melihatmu.
“tidak mba’ aku benar-benar pernah melihat Mba’, tapi dimana ya??? Pemuda itu sambil melacak kembali ingatannya yang masih buram. Namun sekalipun dengan ingatan yang buram pemuda itu tiba-tiba dapat mengangkis ingatannya kembali. Dengan tingkahnya yang aneh itu membuat Natasya makin heran dan ia ingin menyelidikinya lebih lanjut tentang pemuda yang ada di sampingnya itu. Tapi sebelum Natasya berkata apa-apa, pemuda itu tiba-tiba mengejutkannya dengan menghidangkan wajah percaya dan ragu. Tapi sekalipun begitu pemuda itu tetap memaksakan diri untuk mengungkapkan tentang ingatannya kembali kepada Natasya.
“Aku itu Mba’ pernah lihat Mba’ di facebook,
“ Oh kamu lihat saya Cuma di facebook..!!!! ungkap Natasya sambil diiringi tawanya dan tawa Tini dan warda kedua temannya itu.
“ iya Mba’ seperti itu. dan Mba’ biasnya selalu ngelike dan ngomen status-status facebook aku.
“ apa..!!! saya selalu ngelike dan ngomen status-statusmu...??? Natasya makin penasaran terhadap pemuda di sampinya yang misterius ini.
“iya, yang paling berkesan buat aku waktu itu aku nulis status di dinding facebook aku kemudian Mba’ ngomennya hanya satu kata yaitu kata”LEBAY”.
“kalau aku boleh tahu, bagaimana bunyi statusmu yang membuat saya ngomen “LEBAY “ kepadamu.
“ Mba’ penasaran Ya??? Selidik pemuda itu.
“ tidak, hanya saja aku ingin memastikan apa yang dikatakan oleh kamu tadi.
“begini Mba’ bunyi status itu ” jiwa seorang yang dimabuk cinta akan merasa sakit karena rindu, sebab seorang pecinta selalu ingin bersama, sekalipun rintangan selalu mengahadang membuat batin menjerit dan tubuh binasa, namun bagi pecinta kebahagiaan dan kesedihan itu sama indahnya, karena cinta sejati pengorbanan takkan sia-sia”
“ oh iya saya baru ingat, “Natasya mulai melacak ingatannya” Mas kan yang memiliki nama facebook” PEMBURU REMBULAN” dan Mas juga yang selalu menulis status dengan status-status yang lebay.
“ Yah benar sekali “PEMBURU REMBULAN” itu adalah nama facebook aku, namun nulis status lebay itu bukan hobi aku Mba’
“ terus kalau bukan hobi kamu??? mengapa kamu selalu nulis status lebay.
“ maksud Mba’ status lebay yang aku tulis itu seperti apa???
“ itu seperti yang kamu katakan tadi??? “jiwa seorang yang dimabuk cinta akan merasa sakit karena rindu, sebab seorang pecinta selalu ingin bersama, sekalipun rintangan selalu mengahadang membuat batin menjerit dan tubuh binasa, namun bagi pecinta kebahagiaan dan kesedihan itu sama indahnya, karena cinta sejati pengorbanan takkan sia-sia”.
“ Mba’ perlu Mba’ tahu ya, setiap kali aku nulis status facebook itu memang benar-benar suara hati yang paling dalam, jadi kata-kata yang terucap itu bukan lebay, hanya saja orang menganggapnya lebay, entahlah dari sudut pandang mana orang menilainya, sehingga dikatakan lebay olehnya.
“ jadi status itu, benar-benar tidak lebay maksudmu???
“ yang jelas iya. karena saya mengungkapkan itu semua sesuai dengan apa yang saya rasakan selama ini.
“Perbincangan di terminal itu membuat Natasya selalu mengalunkan Angannya, bahkan pernah sampai ke puncak angannya yang tingkat tinggi, dan anehnya Natasya yang anti kasmaran kini ia mulai mengidap penyakit kasmaran dan dalam lautan jiwanya tertarik ingin tahu lebih jauh tentang pemuda yang ditemuinya di terminal itu namun tidak punyak waktu yang lumayan banyak untuk berbincang lebih lama, karena bus sudah siap melaju dengan jurusan yang telah di tetapkannya.

senandung kepedihan

SENANDUNG KEPEDIHAN


Senandung kepedihan memang sudah mulai mengarat namun belum mampu menjuntai selaksa kebahagian,kesan mendung mengerami gerimis sudah terasing lagi mengurai penampilan raja dan mahkota disudut istana, jauh sebelum mentari mengarahkan tatapannya pada lumbung kegaduhan sejenak langit tersenyum manja tak mengundang kabut kelam sandiwara fatamorgana menukik nukik syahdu meremangkan sajak yang baru saja aku lukis diantara bentangan kegelisahan dan keraguan, linang air mata mulai deras mengusap pipi di irirngi tembang mengucil dari mulut parau suara menyala-nyala menghanguskan perjalanan angin dengan lumuran debur ombak di sela-sela kelam bermimpi, duh pena yang mengotori kenangan tak mampu lagi aku hapus dengan masa depan yang berwarna emas di ubunku, namun selama paruhku belum patah mematuk-matuki harapan yang menggeletik perasaan yang sedang tertidur lelap, tikar yang kujadikan lantai tergulung oleh badai, sedangkan ranjang yang aku tempati rapuh dibentak oleh suara yang menderik hingga menggelepar raga yang kian lumpuh, bersorak seluruh penonton menyaksikan penampilan yang aku tampilkan kusambut suasana meriah menggairahkan ladang  rambutnya mulai menguning tua di dadanya merunduk buah menyegarkan, di ubunnya bebunga menyeruak bak misik yang baru saja dieluskan pada sekujur tubuh nan lembut, sekeping do’a masih terselip di dalam do’a belum sempat terhamburkan kembali lantaran teramangi dengus angkara berkaca-kaca biarkan saja lelap menemani permadani-permadani yang aku kalungkan di leher berhala-berhala jiwa sedemikian gigihnya mengusir sinar tajam di sudut tangis mengalun dahaga memekik-mekik leher keresahan hingga bara senyum menjajal persentuhan sejuta keyakinan didalam dada para musafir  dini sejuta khayal di dalam angan tak kenal  asas kebekuan pikiran yang sedikit menjemukan sehingga aku tak lagi merelakan angin menggubah aksara yang aku tulis pada hamparan pasir.



24 maret 2012

jangan bertanya tentang kenangan


JANGAN KAU BERTANYA TENTANG KENANGAN

Sahabat semangatmu adalah semangat yang pernah
Mengarat diantara belantara para santri
Yang selalu menghafal I’lal dan imriti
Ikutilah arah mata angin yang pernah engkau pelajari
Sekalipun belum sempurna
Agar senggama biji-bijian yang telah berhasil kau tanam
Tumbuh kemudian bergelantung buah-buah
Sahabat kini matahari mulai ditelan bumi
Biasanya kita beramai-ramai kesungai
Untuk mengusir pengap yang setia menemani sahabat
Yang tak pernah alpa beribadah menyalurkan
Amal pada tabungan sorga,
Kau adalah orang yang paling sanggup memasunng diri
Dibarisan terdepan, sementara aku hanya mampu
Menyisihkan badan di tempat yang hampa
Sebab kalau tidak para setan berdecak-decak
Sahabat, jangan kau bertanya tentang kenangan
Karena belum sempat aku potret kenangan
Yang pernah kita rampungkan di tempat itu dan ingus kita di sana

Beraji,O1 maret 2012




SEMBURAT ANGIN YANG BERLELATU
                       
Mengapa kau pang-pang luka bernana
Dirumahku mengejar muka cermin berlogokan kecantikan

Dipantatmu menyimpan debur ombak
Melengkingkan hasrat di mataku
Meluapkan rumpung di takat pantaiku
Kulepas baju kesatria karena kau taburi
Dengan semburat bangkai

Hingga orang-orang menghujamkan
Celoteh panas di kuingku
Membuat risau istanaku
Gemuruh langit berkelebat
Amangi mata indah di pangkuanku

Bagan pertikaian bergelantung
Di dinding kamar jiwaku
Sehari lalu yang kau sembur
Aku dengan angin berlelatu
Membuat lesu mataku menatap wajahmu

Beraji,2012



















pesan terakhirku

PESAN TERAKHIRKU


Pergilah kalau kau ingin pergi
Jangan lupa surat yang tak sempat aku tulis dengan kertas itu
Kau sampaikan pada mereka yang masih kelaparan, karena didalamnya
Telah kujelaskan menu makanan yang enak

Pergilah kalau kau ingin pergi
Sempatkan dulu solat dua rakaat
Sebelum engkau laporkan perihal kesetiaan mentari
Karena didalam solatmu tuhan akan mengabulkan hajatmu

Pergilah kalau kau ingin pergi
Dawamkan angin sepoi di pundak pagi
Mengantarkan salam keseluruh penjuru

Pergilah kalau kau ingin pergi
Sebelum mentari ditelan bumi
Karena sebentar lagi
Geger anjing akan menggersangkan hati

Pergilah kalau kau ingin pergi
Bacalah apa yang dapat kau baca
Untuk membentengi perjalananmu
Kesebrang, teringat duri telentang
Memenuhi sepanjang jalan kecil,

Pergilah kalau kau ingin pergi
Selamat jalan semoga mendung
Menggiringmu sampai tujuan.

Beraji 23 februari 2012


AKU DENGAN SECANGKIR KOPI   

Aku dengan secangkir kopi
Memandikan sajak-sajak yang baru bermekaran
Menemaniku menyanyikan lagu-lagu sunyi
Karena sebatang bolpen dan selembar kertas
Berhasil aku sandra.

Rupa-rupanya malam sudah merampungkan senyum
Sedangkan lelampu mulai melambaikan tangan
Kemesrahan mengundang pagi,

Aduhai di pagi menggigil
Apa yang hendak aku rampungkan hari ini
Karena telah dua masa dan dua babak
Telah berhasil aku kelabuhi,

Ini adalah kenangan
Kenangan yang tak mungkin habis ditelan masa
Kenangan yang tiada akhir sekalipun ada awal

Hotel sahid surabaya, 05 okt 2012



SKETSA JALAN

Apa kau sudah tahu
jalan begitu jauh dan melinatang di setiap persimpangan,
sementara ilalang dilembah mengumandangkan syair rindu padamu, sejak kau merias penganten kembar di beberapa istana,
mengalungkan persemidian yang menjadi khalwat seabad kemudian.

Aku belum mengerti setapak yang kau licinkan dengan aspal
Kini tembus di pintu rumahku
Kau taruh satpam di tempat pelacuranku
Sehinngga aku tak lagi melacur
Kau suruh para da’I memusnahkan gerejaku
Agar aku berhenti mengeja tuhan.

Katakan saja siapa yang tak merasa gelisah
Kalau bilangan yang terpatri di mendung
Kemudian engkau hapus dengan rinai hujan
Padahal cita-cita mereka sebesar bilangan
Telah terpatri di mendung.

Beraji 25 februari 2012


TAMAN MULAI MENGARAT DI DADANYA

Bila aku menanamkan uang kesaku
Maka lengking suara menyambar-nyambar telinga
Menjadikan seribu satpam sabar
Sebesit kemudian suara itu membludak
Membangun cagar kehidupan
Senantiasa istana megah yang selalu menghajar ingatan untuk selalu dirindukan.

Sunyi rawan menjadi teman
Bahkan senyum nyaris tiada sebagai saksi hija’iyyahnya
Sumpah suara akan meramaikan cagar kehidupan yang lumrah
Berdirian kala tahu tiada bayangan baskom senggama perawan tua lagi

Semasa taman mulai mengarat didadanya
Maka rerumputan tak lagi menghijau
Karena semisal rinai gerimis mengguyurnya
Hanyalah seribu abad sekali
Hingga tak cukup mengusir dahaga yang berkepanjangan memekiknya


Beraji, 25februari 2012



BUKAN AKU TAK MAU

Bukan aku tak mau menjengukmu,
Tapi rimbun yang bergantian mengahadangku ini
Melepuhkan badai kesahku untuk menopang tubuh,
Anyir sudah perahu jiwa ini dengan semua prahara,
Di depan mata, akibat ombak berbuih dahsyat mengamangi jantung menerkam tanya yang ada

Bukan aku tak mau membelaimu, dengan kasih sayang
Aku kira waktuku aku sulam seluruhnya untuk mengingatmu, meskipun diri ini bagai dedaunan yang belum gugur habis disantap ulat

Bukan aku tak mau menemanimu,
Andai kau tahu hati ini selalu menjaga dan mengukir namamu, dengan tinta yang akan aku kekalkan dimasa kita memandikan tubuh dan membersihkan peluh yang mengalir akibat terlalu lama kita dikejar oleh matahari

Bukan aku tak mau meneduhkan diri ini bersamamu,
Andai kau tahu dirimu selalu kujaga dengan keabadian namamu dibeberapa lembar perasaanku,
Tunggu saja aku di pelabuhan rindumu
Sebab sebentar lagi rindumu akan mengabulkan apa yang kamu rindukan.

TEBASLAH BERHALA YANG BERTEDUH DILAUT JIWAMU

Selagi matahari cemaskan embun
Cepatlah kau tanggalkan sepatumu
Untuk melukis kesejukan diantara gigil yang bergelombang
Mengibarkan bendera perupacaraan

Bahwa saat yang begitu singkat kini menjelma ratusan prajurit
Untuk menebas-nebas misimu
Sementara kau belum siap berperang
Pedang yang kau asah belum tajam
Sekalipun mengkilap tak kuasa menancap

Kalaupun mereka enggan mengikuti jalan
Yang mereka petakkan disusdut kebinasaan
Merekapun akan mampu mebmbabat rimba yang lain
Sebagai lorong besar kemaksiata

Sejak harapan sanggup belajar merenangi aliran air mata kebahagiaan
Maka ikan-ikan kenangan semakin gemulai menepuk-nepuk jemarinya

Banyak sekali kabut menyamarkan ungkapan
Yang telah aku lukis diantara atmosfer dan ozon-ozon
Banyak sekali senyum dipenjarakan oleh wajah pucat pasi
Lantaran menganggap semua harapan telah berubah
Menjadi ruang hampa belaka

Untuk sementara waktu
Tebaslah seluruh berhala yang berteduh ditaman jiwamu
Karena ia akan mengapungkan kemusrikan
Beraji,29 februari2011




KEBUN SENJA
: bojes sahabatku

Sebongkah wirid yang kau tunggangi
Telah terkapar semarak kebahagiaan
Betapa luruh jiwamu disayat-sayat pedang kegelisahan
Sekalipun yang kini kau derita
Melebihi tamparan seribu malaikat

Alangkah terkesima kumbang dan tawon
Menyaksikan mawar yang kau satpami beberapa abad yang lalu
Kini mekar dikebun senja

Lembaran yang kau titipkan pada nyanyian angin malam
Kini sobek akibat decak hujan berlebihan
Sementara bayang-bayang keramaian
Bergantian mewarnai tatapanmu

Memang perih namun tak ada asap kemenyan untuk mengundang
Harumnya mistik kekhusu’an melambungkan hasrat ketentraman

Pupuklah ketabahanmu dengan tawakkal
Selagi angin masih angin buritan
Agar penyakit yang derita tidak merong-rong kesekujur tubuh

Jangan hamburkan seluruh amarah
Karena tak mungkin lagi
Senyum yang berlarian itu
Sekejap mata kembali

Walau malam-malam kau putar tasbih
Menembangkan rojak, kini telah pupus segala apa yang kau ukir
Menjadi kabur tak lagi terbaca

Pedih, perih memang bercambur baur
Tapi janganlah penggal seluruh mawar
Yang masih mengharap taburan air matamu
Karena esok akan menjaga tidur lelapmu….

Beraji,1 februari 2012



KEMUNAFIKAN YANG MENJADI SELIMUT


Banyak sekali istana yang bermunculan tak ditemukan pendirinya, akibat tiada keinginan keberadaannya bila wajah yang mereka hadapkan hanya untuk menebus dosa tiada kesungguhan dalam tindakan kemunafikan yang menjadi selimutnya semakinmembengkak mengusir dengin kebenaran, bersajak adalah hobi menjadikannya mengenal dunia, namun belum cukup sebagai bekal diperjalanan karena terlampau banyak pengemis yang mengarat diterminal-terminal. Seandainya batu-batu menjelma mutiara katamu maka akan kutitahkan ajudan yang selalu menebar senyum di sisiku untuk menyisihkan sinar kemilau yang dipancarkan mutiara itu, agar mereka tak lagi ceramah kesengsaraan.


Beraji,01 februari 2012

Sabtu, 08 Februari 2014

aku tak ingin kau bersinar lagi



AKU TAK INGIN KAU BERSINAR LAGI

Lantunan senyum yang mengais gairah kebahagiaan
Menghipnotisku dengan sejuta terkaan tak bertepi
Walau seribu malam gemerlap bintang merayuku
Takkan mampu lagi menggubah warna malamku
Karena cukup kaulah gemintang malamku
Yang mampu membangun dzikir sunyi dalam jiwaku

Ah malam tanpa gemintang tak berarti
Sementara walau jauh kau menatapku
Adalah pembuktian bunga yang mewangi di kelopakmu
Sampai pagi kulumat aroma bebunga
Yang berhamburan dari seluruh tubuhmu

Ah aku tak ingin kau bersinar lagi di depanku
Karena aku tak mampu menatap lekat tubuh indahmu
Nan lekukan ombak mengamuk tanpa sadar.

September, 2013



TENGGELAM

Tenggelam aku sudah dalam larut kehangatan rimbun cinta tak berwarna,
Aura wajah sebinal angin menggugurkan bebunga yang aromanya semerbak tak membosankan,
Sedangkan kemesrahan dedaunan yang melambaikan sepucuk surat yang penuh tafsir,
Ayat-ayat Tuhan yang terseruak diantara belantara jagat,
Mengakses imformasi kepada siapa saja yang ingin menghiasnya ke dalam hati

Siapa yang menyanjung kebesaran Tuhan!!!
Siapa yang memuji kekuasaan Tuhan!!!
Ia kan merasakan kenikmatan dekat dengan Tuhan,

Subhanallah
Masyaallah
Tabarokallah
Benar-benar tenggelam dalam kemakrifatanNya.

            Beraji, 2013

PRAJURIT

Aku ingin jadi prajurit
Yang menyimplangkan pedang di lambung
Dan menunggangi kuda dengan memacunya
Memiliki sepirit tempur yang meluap-luap di dada
Tak ada kehawatiran lagi
Tak ada rasa takut mati lagi
Tak ada, ada taka ada
Tak ada, ada
Ada tak
Tak ada
Tak-tak, ada-ada
Ada-ada, tak-tak
Ada tak ada
Awalnya tak ada menjadi ada
Dari ada kemudian menjadi tak ada
Hingga tiada lagi satupun musuh yang aku takuti.

01 Sept 2013

ANDAI AKU BURUNG

Andai aku burung, aku ingin mewarnai bulu-buluku dengan warna seribu bunga
Agar orang-orang menyeruku dengan seruan engkau burung yang menakjubkan
Yang setiap hari silih berganti mata mereka membelaiku
Membuka mulutku dan memasukkan makanan kasih sayang di dalamnya
Agar aku senang bersamanya, memotretku dan meletakkan di dinding rumahnya
Supaya aku tak berjauhan dengannya.

Uh, betapa menggembirakan,
Setiap saat tamanku menjadi ramai, hatiku menjadi damai
Uh, betapa menyenangkan, setiap saat
Wajahku tertatap, hatiku menjadi tenang yang kerap
Hingga walaupun selamanya akupun ingin hidup.

05 September 2013

KREASI TUHAN YANG MEMUKAU

Aku lihat semut bersendawa
Di atas keramik-keramik tengkurap
Mengabarkan kegembiraan yang kekal,

Kemudian aku alihkan tatapanku nan jauh
Ke hulu sungai yang riak airnya menderu kencang,
Ikan-ikan gemulai bernyanyi
Di iringi ritme nada gelembung busa arus

Hingga tak ada cerita bambu yang muram
Karena angin selalu mengajaknya menari
Sekalipun dedaunan yang berguguran
Masih saja melambaikan canda.

Benar semacam ungkapan filosofi-filosofi kehidupan
Bahwa perasaan itu takkan mampu tergadaikan oleh harta
Dalam menelusuri keindahan alam
Dalam keunikan kreasi Tuhan yang memukau
Menghipnotis siapa saja menyaksikannya
Menenggelamkan hanyut dalam kelemahan
Siapa saja memikirkannya.

05 Sepetember 2013

 TAK BERTEPI

Bila malam berlalu tanpa rindu
Bukanlah aku yang tak mau mengadu
Namun hati sudah bertalu-talu
Dalam kesumbangan yang kaku

Bukanlah sajak yang mati terpaku
Tak bertepi dalam sendu
Namun bias syahdu
Tergerai dalam padu

Tak ada lagi canda yang dulu
Terkapar nan sayu
Yang ada tandu
Kesepian jemu

Alun-alun, 19 juli 2013

TEMPAT APA INI
Aku mulai prahara ini kembali dengan untaian syair ketegangan
Mendengkur hasrat yang kian sumbang melepuh geram dalam candu
Tanpa mendengar celetuk tangis Angin di antara buritan hujan yang rintik
Merampungkan aksara ramalan saja dalam sejenak kata yang menari tanpa henti

Aku telah menemukan matahari bersenggama dengan Air laut di waktu pagi
Dan ku incar beberapa tempat kemesrahan dalam tikungan-tikungan lekuk tubuh pantai
Lambaian daun cemara seirama dengan tatapan mataku yang binal
Sesekali aku menguncapkan bahwa istana yang berjejer membentuk pulau tanpa penghuni
Yang ada kerumunan bibit penyakit bersahaja dari satu istana ke istan lain
Bertandang dari satu sudut ke sudut lain,

Aku belum mengerti mengapa burung yang mereka terbangkan tidak takut
Dikejar pemburu, kemudian diburu dan dihidangkan dalam pesta yang akan mereka hadiri sendiri

Aku juga belum mengerti bagaimana mungkin tak ada satupun yang membicarakannya
Setiap kali aku tatap beberapa kali aku merasakan kengerian yang begitu dahsyat
Tak henti-henti aku berseru, berceletuk dan mengumpatnya
Tempat apa ini, yang sesak dengan bibit penyakit.

08 September 2013

HIDUP ITU
Semestinya kau tak perlu merias tubuh lebih lama lagi
Karena aku lebih suka kau tampil apa adanya
Tanpa membohongi singa-singa yang mengejarmu
Begitu pula dalam hasratmu jangan kau berkeinginan untuk itu
Sementara yang lain masih berdiam tanpa tindakan

Karena pada waktunya nanti semua orang akan tertarik dan kagum dengan kesederhanaanmu
Karena sesuatu yang sederhana itu adalah keabadian yang takkan mudah menjadi debu debu kebosanan

Siapa yang tak tertarik dengan wajah yang tidak terlalu berlebihan, dengan penampilan yang tidak terlalu mencolok, dengan tingkah laku yang masih alami.
Karena bagiku hidup itu adalah kenangan, kenyataan dan masa depan
Bukankah kita hidup hanya untuk mendekatkan diri saja , memperbaiki saja dan selebihnya menyempurnakan,

12 November 2013

HANYA TUHAN
Hanya Tuhan yang kita butuhkan dalam hidup ini,
Hanya Tuhan yang kita andalkan dalam dunia ini
Hanya Tuahan yang kita besarkan mulai kemarin, saat ini hingga esok.

Karena hanya Tuhan juga yang mencukupi
Karena hanya Tuhan juga yang mampu mebantu
Karena hanya Tuhan juga tiada kekuatan selaiNya.
Tapi mengapa kita membuat Tuhan tersinggung dengan kita butuh kepada yang lain
Tapi mengapa kita membuat Tuhan terasingkan dengan kita mengandalkan yang lain
Tapi mengapa kita kerdilkan Tuhan dengan tindakan kita yang memuja-muja Usaha kita.

November 2013





BAGIMANA JIKA BENAR-BENAR TERJADI


Bagimana jika benar-benar terjadi
Sebaiknya engkau tak perlu merias tubuhmu dengan warna mawar tujuh rupa
Hanya membuat aku terhipnotis saja,  sementara aku masih belum sanggup menyirammu setiap hari
Karena aku masih memiliki mawar yang lain yang belum aku siram hari ini,
Apa kau mau sebatas aku siram seminggu sekali, atau kau tak memerlukan siramanku
Selagi aku mau menyaksikan kemolekan batangmu yang terjulur indah
Dan kelopakmu yang merekah penuh kesegaran,

Tapi apa mungkin aku tak akan merasa bersalah jika hanya menyaksikan saja
Tanpa mau menyiramnya, apakah itu cukup membuatmu semakin segar dan mempesona
Sekalipun tindakanku dapat menggugurkan sekuntum roh dalam merah batinmu
Aku semakin gelisah saja, harus berbuat apa jika tak ingin bersalah, sementara tak ada rela bagiku
Jika datang pengunjung yang lain kemudian meraba, dan mengecup kelopakmu
Walau harum yang kau suguhkan tak pernah sama dengan keharuman tubuhmu
yang pernah kau hadiahkan kepadaku, tapi aku menyangsikannya

tanpa tahu apa yang harus aku sangsikan, bukankah kau memiliki kuasa untuk menentukan
kepada siapa Tubuhmu akan engkau hadiahkan,
kelihatannya banyak pertanyaan yang bergelantung dalam guratan panjang
Di dahi mungilmu, akupun belum tahu pasti pertanyaan apa gerangan yang membuatmu begitu gelisah
Tapi aku pikir kau mengetahui apa yang terbaik bagimu.

14 November 2013


MUNAJATKU

Entah pada malam-malam yang mana aku kucurkan Air hujan dari celah-celah mendung mataku
Dengan segenap prajurit  do’a, aku kirimkan di belantara Langit roja’ku,

Ya Aziz, Engkaulah yang Maha Mulia, Sedangkan aku Hina
Ya Kudus, Engkaulah yang Maha Suci, Sedangkan aku kotor
Ya Qowi, Engkaulah yang Maha Kuat, Sedangkan aku Lemah
Ya Ganiy, Engkaulah yang Maha Kaya, sedangkan aku miskin

Ya Aziz, Ya Kudus, Ya Qowi, Ya Ganiy Engkaulah yang Maha Mulia, Maha Suci, Maha Kuat, Maha Kaya
Sedangkan aku Hina, Kotor, Lemah dan Miskin

Tak ada kemuliyaan bagiku karena  kemuliyaan Adalah MilikMu
Tak ada kekuatan bagiku karena kekuatan adalah kepunyaanMu
Tak ada kesucian bagiku karena kesucian adalah HakMu
Tak ada kekayaan bagiku karena kekayaan adalah KekuasaanMu

Aku, hidupku, Ajalku, rizkiku dan jodohku Engkaulah yang menggariskanNya
Tak ada yang bisa mentukan Ajalnya, jika sudah waktunya tak ada seorangpun yang dapat menolaknya
Tak ada yang bisa menentukan jodohnya, kepada siapa ia akan dipertemukan
Tak ada yang bisa menimbang-nimbang rizkinya, seberapa banyak ia akan mendapatkannya

Hingga akhirnya aku bersimpuh di haribaanMu,
Penuh hina
Penuh kotor
Penuh lemah
Penuh miskin
Memasrahkan semua Urusanku kepadaMu,
Karena tak ada kekuatan selain kekuatanMu
kepadaMu aku memuja Dan kepadaMu aku meminta

15 November 2013


PERTUNANGAN
Seperti malam-malam biasanya, menghadiahkan kado itu adalah tugas rembulan memapah setangkai sandiwara yang tak pernah terbongkar walau bias syahadat diantara pojok-pojok sepertiga malam telah terhambur, kemudian lantunan istigfar tak henti-henti berloncatan dari bibir goa mulut sang bintang, tanpa menghiarukan bunyi-bunyian yang tak pernah terlintas dalam bayang,
aku ingin bertunangan dengan jibril supaya ia akan selalu memberitakan apa yang telah tuhan rencanakan untukku, apa yang telah dan akan terjadi,
aku ingin bertunangan dengan mikail agar ketika dia diberi tugas untuk menyampaikan riski, dia selipkan riski untukku walau secuil untuk memastikan bahwa aku belum tiba umurku rapuh,
aku ingin bertunangan dengan israfil sebab dikala tiupan sangkakala yang kedua kalinya sebagai tanda pembangkitan kembali tiba, aku ingin menjadi orang yang pertama kali dibangunkan oleh israfil,
aku ingin bertunangan dengan izrail karena aku ingin ia akan perlambat waktunya ketika mancabut nyawaku hingga akupun bisa menikmati hidup lebih lama lagi,
aku ingin bertunangan dengan raqib dan atid, agar ia memberikan yang terbaik atas catatan amal perbuatanku,
aku ingin bertunangan dengan mungkar nakir, agar ia datang kepadaku dengan wajah yang tidak menyeramkan lagi dan membutaku tidak ketakutan dalam menjawab pertanyaannya,
aku ingin bertunangan dengan malik dan ridwan, agar di dalam neraka aku tak terbiasa hingga  radwan menjemputku dan membawaku ke sorga.
ilahi lastu lilfirda si ahla
wala aqwa alannaril jahimi
wahabli taubatan wagfir dunubi
fainnaka gafirun danbi adhimi

20 November 2013

KETIKA SEMUANYA HANYA SYMBOL SPIRITUAL
Iya aku sudah mendengarnya, adzan subuh itu adalah suara takbir dan syahadat
Yang menggetarkan dinding jiwa, bahkan bukan hanya sekali aku merasakannya
Tetapi setiap kali adzan subuh, rasa itu berkelana ke sekujur ruas tubuh,
Dari belahan sum-sum yang dibalut Tulang, tulang yang dibalut daging, daging yang dibalut kulit, kulit yang dibalut kesempurnaan bentuk tubuh, dan

Aku mendengarnya dari dasar jiwa yang bertalu-talu,
Ini sebuah isyarat bahwa satu waktu akan Tiba,
Yaitu waktu yang telah menjadi azimat untuk mengenal siapa hamba, dan siapa yang disembah
Tapi aku belum mengerti, kepada siapa aku beribadah dan apa tujuanku beribadah

Tak terperikan memang, jika semua tindakan kosong
Ibadah menjadi bohong
Sekalipun solat,zakat,puasa tapi menajdi pembohong
Siapa yang bohong,
Ialah dalam ibadah tapi tak beribadah,
ketika solat, zakat, tapi tak mengingat
saat berpuasa tapi berpura-pura

Masalahnya ibadah hanya dijadikan symbol spiritual keagamaan
Siapa yang tidak tahu solat, zakat dan puasa
Semuanya tahu,
Tapi bagaimana cara mengingat, dan supaya tidak berpura-pura lagi
Ini yang sulit, ketika semuanya hanya symbol spiritual,
Maka ibadah ibarat memanah tanpa melepaskan anak panah.

23 November 2013


KISAH UNTUK BUNDA
Bunda,
Banyak kisah yang telah aku lupakan bersamamu
Karena sudah lama aku tak tidur lagi di pangkuanmu
Kenakalanku yang seringkali membuatmu gelisah
Hanya menyisakan penyesalanku dalam kesah

Bunda,
Andai saja waktu itu aku sudah bisa menanam bebunga untukmu
Mungkin saja kau tak lagi merasakan jemu
Namun aku malah ciptakan lebih banyak lagi keringat
Dari pada pengorbananmu yang tak mampu aku ingat

Bunda,
Apakah aku tergolong anak durhaka seperti Malin kundang dalam Dongeng
Atau sebelum kau abadi, kau mandikan aku dulu dengan maafmu yang tanpa tanding
Apa yang harus aku perbuat, jika azimat duniaku telah hilang
Apa yang harus aku perkuat, jika dalam tamat aku hampir menjelang

Bunda,
Maafkan aku jika dalam waktu-waktu mustajab tidak jarang kau terlupakan
Maafkan aku jika dalam relung batinku kau seringkali terkuburkan
Aku tahu bahwa umurku belum genap untuk menggantikanmu
Aku tahu bahwa dalam tindakanku  takkan mampu merayumu

Bunda,
Andai aku bisa mengulang kisah itu
Maka aku akan mengubah semua itu
Tak akan aku kerjakan hal yang membuatmu tersinggung
Tak akan aku lakukan menumpuk dosa yang menggunung

Bunda,
Sebelum aku tahu hakikat ridha
Sebelum aku tahu hakikat sorga
Kaupun tenggelam dalam keabadian yang nyata
Aku tak mampu berbuat apa-apa
Hanya air mataku yang tumpah
Dalam genangan jiwa yang mulai resah

Bunda,
Baru aku tahu
Bahwa diriku dan dirimu sudah tak Satu
Kau terlalu jauh meninggalkanku
Membuatku terpana dan terpaku

Bunda,
Aku hanya bisa mengirim do’a untukmu
Tak lagi bisa mengecup punggung tanganmu
Hanya bisa mengingatmu
Tak lagi bertemu

Bunda,
Padahal kerinduanku telah memuncak
Aku  ingin bergumam dan berdecak
Sambil merapalkan nyanyian nasihatmu
Aku rampungkan syair ini untukmu

Bunda,
Dengan segenap cintaku kepadamu
Hingga aku tak mampu bedakan mana cinta untuk kekasihku dan cinta untukmu
Namun ada sebulir rindu yang utuh kepadamu
Tanpa aku sisakan kepada selainmu

Bunda,
Aku tak tahu bagaimana mengakhirinya
Sama halnya dengan aku tidak menyadari bagaimana memulainya
Aku tak tahu bagaimana meninggalkannya
Sama halnya dengan aku tidak menyadari bagaimana menemuinya.

Beraji, 18 Desember 2013