UNGKAPAN KASAMARAN
2012-2013
Oleh: Ef. Amin El
Fibyan
(l)
Kasih, jerit jiwa ini
lantaran rindu mengakibatkan gemuruh kegelisahan, passalnya tiada obat ynag menjadi penawar selain pertemuan walau
sekejap mata, namun bilakah gerangan yang maha Kuasa mempertemukan kita dalam satu
buaian tangis pertemuan, sementara hati q sll cemburu dengan perkataan yang tak
terkendalikan oleh asmara.
(ll)
Apakah kau belum tahu, rebana
kerinduan yang aku tabuh dengan iringan seruling syahdu, mengukir wajahmu bak
lembayung jingga, pagi tadi sebelum aku mengakhiri pengembaraan di alam
fantasi, apakah kau belum tahu, seringkali aku menyebut-nyebut namamu, apakah
kau belum tau, masih basah tinta yang aku lukiskan di hati ini, namun kau masih
belum saja melirik lukisan itu, apa perlu aku berteriak disetiap ada keramain
sekedar memberi tahu semua orang tentang perahu yang aku layarkan kedermagamu.
(lll)
Sebentar lagi kita akan
berlabuh dan mengandaskan perahu di lautan idul adha, sangatlah mungkin segala
tingkahku, pembicaranku, maupun gerak-geriikku yang penuh dengan duri kemarung,
tentu melukai perasaanmu, hingga sebelum ajal menjemputku, dan masih ada buih
kesempatan yang terpatri dalam hidupku, sekalipun kita tak dapat mengayunkan
tangan, tak dapat memadukan wajah, namun tetap saja jiwaku mengintip wajahmu
dari kejauhan, dan dirimu aku titipkan kepada tuhan agar kau selalu tetap dalam
lindunganNya. Sebelum aku akhiri kata-kat ini idzinkanlah aku tembangkan maaf
kepadamu atas segala kesalahanku, maafkan aku cinta tak dapat menemuimu.
(lV)
Wahai perempuan yang paling
aku cintai, jika cintaku padamu membuatku sakit maka tidak akan aku
mengobatinya sebab dengan sakit itu aku bahagia, jika aku sakit sebab rindu
padamu maka aku tidak akan mengobatinya sebab dengan rindu aku selalu
mengingatmu,jika aku sakit sebab sayang kepadamu maka aku takkan mengobatinya
sebab dengan sayang kepadamu hatiku merasa tentram, karena ada yang menemani.
(V)
Tak
kurasa derai air mata akibat jerit jiwa dihempaskan oleh kerinduan,Subhanallah
Tabarokallah Maha suci Allah. Indah sekali wajahnya, indah sekali kerudungnya,
indah sekali senyumnya, indah sekali kepribadiannya, indah sekali tutur katanya
, semua ini telah terpaku dalam hati membuat kenangan yang teka mungkin
terhapus oleh masa.
(Vl)
Kasih
saat aku rapuh merentang kaku, tiada yang mampu mengatup sendu selain suaramu
yang merayu-rayu, aduhai suara yang lembut mengalun syahdu diantara
kegelisahan,menggubah suasana sunyi menjadi geli, lantaran pendar kerinduan
mengakibatkan jerit jiwa.
(Vll)
Kasih
taukah kau? sebelas menit yang lalu kapal masih merapat di dermaga, sebela menit yang aku masih merasakan udara sejuk
kangean, sebelas menit yang lalu jiwaku masih bimbang untuk melangkahkan kaki
dari pulau tercintaku kangean, sebelas menit yang lalu aku pasrahkan
kebimbangan jiwa ini untuk mengarungi keletihan badai haruku, sebelas menit
yang lalu akupun mengakhiri pembicaraan jiwaku dengan sebait do’a menaiki
kendaraan air.
(Vlll)
Ketauhilah
inilah perjalananku menunggangi hasrat yang terlunta-lunta dalam kehawatiran,
tak ada jalan yang terang melebihi pertemuanku , rembulan mengarat di ambang
kegaduhan , kaukah payung dikala hujanku,kaukah rembulan dikala malamku, kaukah
tangis dikala sedihku, kaukah tawa dikala gembiraku. Atau semua ini hanya hayal
yang bersemayam dalam sadarku, hari ini adalah hari pertemuanku dengan
perpisahan, hari ini adlah hari perpisahanku dengan pertemuan, akankah engkau merindu jika aku tinggalkan,
akankah engkau datang jika aku merindukan.
(lX)
Dihari
yang bahgia ini karena kicau syahdu yang bersarang dalam jiwa kini sudah
menetas akibat gaduh tabuhan beduk dan lantunan takbir diiringi dengan jingkrak
orang-orang kemajid, tiada yang cemberut, tiada yang mengerut, semua mengumbar
senyum untukbermaaf-maafan, maka dihari yang penuh kegembiraan ini izinkanlah
aku hamburkan kata-kat yang berisi maaf atas segala dosa dan khilaf.
(X)
Setes
kesturi yang pernah engkau tebarkan, kinni aromanya muali tercibir oleh
kegelisahan yang tak menentu,sementara hati enggan menerima hal itu, akupun tak
bisa mengukir kembali dawai kelana indah perjumpaanku denganmu, khawatir
kebinasaan merenggut kesetiaanku padamu, aku bersumpah kalau saja engkau mau
aku persunting dan aku pinang dengan cinta yang menggebu-gebu di dasar jiwa
ini, alangkah pendar semua kerisauan, alangkah musnah semua kegelisaha yang
terus membuntutiku.
(Xl)
Alangkah
indah alunan lagu yang dinyanyikan oleh burung-burung laksana aluna lagu yang
dinyanyikan oleh jiwaku semenjak aku mengenalmu dan mulai ada ruang khusus
dibalik hatiku, yang menyiapkan tempat berlabuh cintamu hingga aku bangga
memiliki tamu seistimewa dirimue kasih dan bilik khusus itu sudah aku taburi
kembang agar menyeruakkan aroma disetiap hembusan nafas.
(Xll)
Laksana
letupan syahdu bersarang pada jiwa menitikkan sekeping harmoni dawai cinta
menjerat ruang dan waktu yang terkapar pada lumbung hati nan sejahtera karena
syahadat cinta ini tak perlu kulukis pada tangkai dan perjalananku menelusuri
kepiluan, wahai dunia yang telah menitipkan perhiasan di dalam hati hingga
kebahagiaan ini tak terbayar sekalipun dengan segunung mutia.
(Xlll)
Kasih
mungkin engkau tak pernah mengingatku walau sekejap mata saja tapi hatiku tak
pernah lelah mendzikirkan namamu seperti halnya detak jantung yang terus
berdetak tak kenal lelah hingga ajal menjemputnya, sesaat saja aku tak pernah
melupakanmu, senyum yang berlarian dari bibirmu maupun lirikan matamu yang tak
mampu aku artikan dengan kata-kata lagi, perasaanku selalu memuncak untuk
mengajakku bertamu denganmu walau sekejap saja hingga tak mampu diri ini
membendungnya ingin selalu bersamamu.
*********
Sepagi
ini aku sudah ribuan kali menyebut-nyebut namamu,
Andai
aku penyanyi akan aku nyanyikan lagu yang indah untukmu, andai aku pengemudi
akan aku ajak kau mengitari langit dan bumi, andai aku sejarawan akan aku
ceritakan tentang kehidupan, andai aku seorang penyair aku takkan pernah lelah
bersyair memujimu, andai aku gaun yang paling indah yang kau miliki, aku takkan
rela jika orang lain memakainya, namun aku hanyalah seorang gelandangan yang
bergandengan tangan dengan rembulan, berjalan mengitari terjal di sepanjang
jalan.
********
Apapun
dan dimanapun aku berada yang ada di dalam hatiku ini hanyalah nama dan wajahmu
yang selalu menunjukkan arah perjalananku, aku takut dibilang ingkar janji jika
aku berjanji, aku takut dibilang sombong jika aku berkata berlebihan, aku takut
dibilang lebai jika aku bersyair tentang cinta, yang mengarah kepada rayuan
untukmu, namun biarlah semua itu tidak akan aku pedulikan sebab akupun takkan
pernah berhenti untuk selalu memujamu kasih biarpun hujan membaca lebih dulu
aku takkan pernah lelah merayumu dengan syairku yang baru saja bermekaran.
*********
Kasih
aku ingin selalu menatap wajah indahmu,
menatap dua mata dibawah alis tebalmu, menatap bibirmu yang dihias liftik
kemerah-merahan, kasih kau mampu menetramkan hatiku dikala gundah, kau mampu
membuat aku tersenyum dikala sedih, kau mampu membuat aku terhibur dikala
kesepian, kau mampu menenangkan jiwaku dikala resah. Kasih terima kasih atas
ketulusan yang telah kau persembahkan untukku.
*********
Coba
tanyakan pada bulan engkau kunantikan tiap malam, karena hanya dia tau tentang
perasaanku kalau malam aku selalu terbayang wajahmu kasih, diriku kesepian
sungguh tak taktahan menahan rindu, rindu yang menghujam kedalam jiwa,
mengakibatkan batinku menjerit,
Coba
tanykan pada angin tentang slam yang aku kirimkan padnya hingga engkaupun tau
tentang perasaanku kali ini.
Coba
tanyakan pada mendung tentang gerimis air mata hati yang mengharapkan untuk
selalu bersamamu kasih.
*********
Histeris
sekali jiwa ini laksana letupan matahari mengarat di pundakku, akulah orang
yang tak tau malu menghisap keringat yang mengerai kembali, akulah orang yang tau berterima kasih salju
yang datang membawa kesejukan malah aku usir dengan bara api, aku terlalu
gegabah menilai riak air yang tak berikan, sampai ku anggap setiap kali masa
berganti sedangkan jiwakupun tetap kemarau, maafkan aku jika selama ini selalu
menelanjangi waktumu dengan kata-kata dan tingkah laku.
*******
Selepas
aku memutar kembali kenangan yang hampir
mengarat itu ditumpukan perbudakan hasratku sendiri, indah sekali rasanya arus
ombak yang mengantarkan perahuku mendarat juga di dermaganya, hingga akupun
tidak terlalu sibuk merapatkan tubuh perhuku di dermaganya, kembali dapat aku
lukis keindahan pantai yang dihias daun perapat melambai-lambai, senja itu
senyum yang bermekaran di bibirmu yang mengalir madu asmara, membuatku ingin
selalu membelaimu....
888
Tentu
saja aku ingin menceritakan prahara kerinduanku padamu
Namun
entahlah kapan waktu akan
Mengantarkanku
ke arah tatapan matamu
Hingga
pandangang saling mengartikan
Ketajaman
hati yang selama ini memanjakan kita berdua
Kapan
akhirnya bayang bianglala ini
Menjadi
selendang kedamaian dan kesejahteraan kita.
Tuhan
kabulkan dzikir hati ini
Amiiiiiiiiin.
&&&&&&&&&&
Bila
senja berlari
Diwaktu
bias syahdu
Melonglong
Sesekali
pinta rindu tergadaikan
Sebab
tak ada sendu
Mengantarkan
wajah manis
Menebar
senyum
Yang
ada di wajah kecut
Nyalipun
ciut
Aduhai
terpental jauh
Syahdu
kepualam sana
Memekik
jerit tangis kerinduan
Sampai
kapan aku tanggung
Kemaray
yang berkepanjangan ini
Sampai
tangkai dan reranting
Yang
berjatuhan
Baru
kusadari hal yang tak terlukis ini
Baru
kuketahui hal yang tak jelas ini
Akhirnya
siapapun jua kau
Adalah
penukar kekasih sendu
******************
Aku
tak ingin senyumku berguguran, sebab layu lantaran gersang
Aku
tak ingin tangis berpagutan lantaran hati syahdu pendar semasa-semasa
Aku
tak ingin tawaku pucat pasi lantaran segmen pariwara kekecewaan berkali-kali
Semua
akan kulemparkan jauh bersama angin yang anyir di depanku,karena aku tahu
dialah yang akan melenyapkan.
**************************
Setangkai
bunga yang bermekaran di dalam dada
Menyeruakkan
senyum ke penjuru alam
Seberkas
suara yang syahdu yang bertalu-talu di dalam jiwa
Kini
menjadi gemuruh kerinduan didasar wajah-wajah nan ayu
Sepercik
senyum yang berlarian dari bibir salju mewajibkanku
Mengasingkan
persaan yang terapung-apung dalam badai kesumat bahasa remaja
Tak
sedikit aku mengukir nama dan wajahmu
Tak
secuil ku menyebut nama dan tingkahmu
Tak
segelintir aku manuskripkan kenangan bersamamu
****************************
Ada
wajah yang bersemi di ujung fajar menunggu lepas kasih perpisahan
Ada
tangis yang mengalir dari ujung mata, membuat lebam pipi,
Tak
ingin rasanya aku akhiri memoar yang sepenggal ini
Karena
bagiku adalah tanpa ujung dan waktu
Tapi
tak perlu kita sesali sebab hakikatnya bukanlah ada perpisahan
Hanya
saja raga yang terpenggal oleh jarak dan waktu
Ibarat
masa malam tiba siangpun berlalu,
Masa
semi tiba gugurpun berlalu
Masa
remaja tiba kanak-kanakpun berlalu begitulah roda kehidupan berputar
Ada
suka ad duka ada lara ada bahagia, ada pahit, ada manis,ada tawar ada kecut,
semua serba berpasang-pasangan begitulah pula ada pertemuan ada perpisahan.
*************************
Di
siang ini aku mencoba menenangkan jiwa dengan menangkap sisa-sisa bayangmu, di
hari-hari nan indah bersamamu.
Dengan
kesabaran aku ringkus kenangan bersamamu di penghujung talenta perasaan yang
terombang ambing oleh kepiluan.
******************************
Setelah aku ramu kisah cinta
ini dengan perjalanan dan keabsahan jiwa, kesedihan yang tak pernah aku
harapkan mewajibkanku untuk membanjiri pipi dengan air mata, berpusat pada
perasaan yang kecewa, aku coba untuk membangun kembali altar cinta dengan seawan
kasih sayang yang pernah basah dalam dokumen palsu cintamu kepadaku,aneh kenapa
kau juga bisa memetik buah cintaku yang ranum dengan kesetiaan, kenapa kau
belum juga mencicipi kelezatan aroma kerinduan yang sering kali aku titipkan
pada gerimis muda, hingga akhirnya aku gantungkan leher kehidupanku di
langit-langit do’aku, sementara hasrat tak pernah berhenti berlarian dalam
sukma yang penuh pesta kegelisahan, masihkah pantas aku harapkan cinta yang tak
pernah berwarna itu?
$$$$$$
Adakah Rindu pada malam yang kelam bagai menunggu hujan di waktu kemarau, Adakah tawa dikala duka, adakah senyum dikala merana pada jiwa yang tergenang kecamuk kegelisahan taka ada obat yang mampu mengobati rindu selain berjumpa dengan sang kekasih.
$$$$$$
Adakah Rindu pada malam yang kelam bagai menunggu hujan di waktu kemarau, Adakah tawa dikala duka, adakah senyum dikala merana pada jiwa yang tergenang kecamuk kegelisahan taka ada obat yang mampu mengobati rindu selain berjumpa dengan sang kekasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar