Sabtu, 08 Februari 2014

aku tak ingin kau bersinar lagi



AKU TAK INGIN KAU BERSINAR LAGI

Lantunan senyum yang mengais gairah kebahagiaan
Menghipnotisku dengan sejuta terkaan tak bertepi
Walau seribu malam gemerlap bintang merayuku
Takkan mampu lagi menggubah warna malamku
Karena cukup kaulah gemintang malamku
Yang mampu membangun dzikir sunyi dalam jiwaku

Ah malam tanpa gemintang tak berarti
Sementara walau jauh kau menatapku
Adalah pembuktian bunga yang mewangi di kelopakmu
Sampai pagi kulumat aroma bebunga
Yang berhamburan dari seluruh tubuhmu

Ah aku tak ingin kau bersinar lagi di depanku
Karena aku tak mampu menatap lekat tubuh indahmu
Nan lekukan ombak mengamuk tanpa sadar.

September, 2013



TENGGELAM

Tenggelam aku sudah dalam larut kehangatan rimbun cinta tak berwarna,
Aura wajah sebinal angin menggugurkan bebunga yang aromanya semerbak tak membosankan,
Sedangkan kemesrahan dedaunan yang melambaikan sepucuk surat yang penuh tafsir,
Ayat-ayat Tuhan yang terseruak diantara belantara jagat,
Mengakses imformasi kepada siapa saja yang ingin menghiasnya ke dalam hati

Siapa yang menyanjung kebesaran Tuhan!!!
Siapa yang memuji kekuasaan Tuhan!!!
Ia kan merasakan kenikmatan dekat dengan Tuhan,

Subhanallah
Masyaallah
Tabarokallah
Benar-benar tenggelam dalam kemakrifatanNya.

            Beraji, 2013

PRAJURIT

Aku ingin jadi prajurit
Yang menyimplangkan pedang di lambung
Dan menunggangi kuda dengan memacunya
Memiliki sepirit tempur yang meluap-luap di dada
Tak ada kehawatiran lagi
Tak ada rasa takut mati lagi
Tak ada, ada taka ada
Tak ada, ada
Ada tak
Tak ada
Tak-tak, ada-ada
Ada-ada, tak-tak
Ada tak ada
Awalnya tak ada menjadi ada
Dari ada kemudian menjadi tak ada
Hingga tiada lagi satupun musuh yang aku takuti.

01 Sept 2013

ANDAI AKU BURUNG

Andai aku burung, aku ingin mewarnai bulu-buluku dengan warna seribu bunga
Agar orang-orang menyeruku dengan seruan engkau burung yang menakjubkan
Yang setiap hari silih berganti mata mereka membelaiku
Membuka mulutku dan memasukkan makanan kasih sayang di dalamnya
Agar aku senang bersamanya, memotretku dan meletakkan di dinding rumahnya
Supaya aku tak berjauhan dengannya.

Uh, betapa menggembirakan,
Setiap saat tamanku menjadi ramai, hatiku menjadi damai
Uh, betapa menyenangkan, setiap saat
Wajahku tertatap, hatiku menjadi tenang yang kerap
Hingga walaupun selamanya akupun ingin hidup.

05 September 2013

KREASI TUHAN YANG MEMUKAU

Aku lihat semut bersendawa
Di atas keramik-keramik tengkurap
Mengabarkan kegembiraan yang kekal,

Kemudian aku alihkan tatapanku nan jauh
Ke hulu sungai yang riak airnya menderu kencang,
Ikan-ikan gemulai bernyanyi
Di iringi ritme nada gelembung busa arus

Hingga tak ada cerita bambu yang muram
Karena angin selalu mengajaknya menari
Sekalipun dedaunan yang berguguran
Masih saja melambaikan canda.

Benar semacam ungkapan filosofi-filosofi kehidupan
Bahwa perasaan itu takkan mampu tergadaikan oleh harta
Dalam menelusuri keindahan alam
Dalam keunikan kreasi Tuhan yang memukau
Menghipnotis siapa saja menyaksikannya
Menenggelamkan hanyut dalam kelemahan
Siapa saja memikirkannya.

05 Sepetember 2013

 TAK BERTEPI

Bila malam berlalu tanpa rindu
Bukanlah aku yang tak mau mengadu
Namun hati sudah bertalu-talu
Dalam kesumbangan yang kaku

Bukanlah sajak yang mati terpaku
Tak bertepi dalam sendu
Namun bias syahdu
Tergerai dalam padu

Tak ada lagi canda yang dulu
Terkapar nan sayu
Yang ada tandu
Kesepian jemu

Alun-alun, 19 juli 2013

TEMPAT APA INI
Aku mulai prahara ini kembali dengan untaian syair ketegangan
Mendengkur hasrat yang kian sumbang melepuh geram dalam candu
Tanpa mendengar celetuk tangis Angin di antara buritan hujan yang rintik
Merampungkan aksara ramalan saja dalam sejenak kata yang menari tanpa henti

Aku telah menemukan matahari bersenggama dengan Air laut di waktu pagi
Dan ku incar beberapa tempat kemesrahan dalam tikungan-tikungan lekuk tubuh pantai
Lambaian daun cemara seirama dengan tatapan mataku yang binal
Sesekali aku menguncapkan bahwa istana yang berjejer membentuk pulau tanpa penghuni
Yang ada kerumunan bibit penyakit bersahaja dari satu istana ke istan lain
Bertandang dari satu sudut ke sudut lain,

Aku belum mengerti mengapa burung yang mereka terbangkan tidak takut
Dikejar pemburu, kemudian diburu dan dihidangkan dalam pesta yang akan mereka hadiri sendiri

Aku juga belum mengerti bagaimana mungkin tak ada satupun yang membicarakannya
Setiap kali aku tatap beberapa kali aku merasakan kengerian yang begitu dahsyat
Tak henti-henti aku berseru, berceletuk dan mengumpatnya
Tempat apa ini, yang sesak dengan bibit penyakit.

08 September 2013

HIDUP ITU
Semestinya kau tak perlu merias tubuh lebih lama lagi
Karena aku lebih suka kau tampil apa adanya
Tanpa membohongi singa-singa yang mengejarmu
Begitu pula dalam hasratmu jangan kau berkeinginan untuk itu
Sementara yang lain masih berdiam tanpa tindakan

Karena pada waktunya nanti semua orang akan tertarik dan kagum dengan kesederhanaanmu
Karena sesuatu yang sederhana itu adalah keabadian yang takkan mudah menjadi debu debu kebosanan

Siapa yang tak tertarik dengan wajah yang tidak terlalu berlebihan, dengan penampilan yang tidak terlalu mencolok, dengan tingkah laku yang masih alami.
Karena bagiku hidup itu adalah kenangan, kenyataan dan masa depan
Bukankah kita hidup hanya untuk mendekatkan diri saja , memperbaiki saja dan selebihnya menyempurnakan,

12 November 2013

HANYA TUHAN
Hanya Tuhan yang kita butuhkan dalam hidup ini,
Hanya Tuhan yang kita andalkan dalam dunia ini
Hanya Tuahan yang kita besarkan mulai kemarin, saat ini hingga esok.

Karena hanya Tuhan juga yang mencukupi
Karena hanya Tuhan juga yang mampu mebantu
Karena hanya Tuhan juga tiada kekuatan selaiNya.
Tapi mengapa kita membuat Tuhan tersinggung dengan kita butuh kepada yang lain
Tapi mengapa kita membuat Tuhan terasingkan dengan kita mengandalkan yang lain
Tapi mengapa kita kerdilkan Tuhan dengan tindakan kita yang memuja-muja Usaha kita.

November 2013





BAGIMANA JIKA BENAR-BENAR TERJADI


Bagimana jika benar-benar terjadi
Sebaiknya engkau tak perlu merias tubuhmu dengan warna mawar tujuh rupa
Hanya membuat aku terhipnotis saja,  sementara aku masih belum sanggup menyirammu setiap hari
Karena aku masih memiliki mawar yang lain yang belum aku siram hari ini,
Apa kau mau sebatas aku siram seminggu sekali, atau kau tak memerlukan siramanku
Selagi aku mau menyaksikan kemolekan batangmu yang terjulur indah
Dan kelopakmu yang merekah penuh kesegaran,

Tapi apa mungkin aku tak akan merasa bersalah jika hanya menyaksikan saja
Tanpa mau menyiramnya, apakah itu cukup membuatmu semakin segar dan mempesona
Sekalipun tindakanku dapat menggugurkan sekuntum roh dalam merah batinmu
Aku semakin gelisah saja, harus berbuat apa jika tak ingin bersalah, sementara tak ada rela bagiku
Jika datang pengunjung yang lain kemudian meraba, dan mengecup kelopakmu
Walau harum yang kau suguhkan tak pernah sama dengan keharuman tubuhmu
yang pernah kau hadiahkan kepadaku, tapi aku menyangsikannya

tanpa tahu apa yang harus aku sangsikan, bukankah kau memiliki kuasa untuk menentukan
kepada siapa Tubuhmu akan engkau hadiahkan,
kelihatannya banyak pertanyaan yang bergelantung dalam guratan panjang
Di dahi mungilmu, akupun belum tahu pasti pertanyaan apa gerangan yang membuatmu begitu gelisah
Tapi aku pikir kau mengetahui apa yang terbaik bagimu.

14 November 2013


MUNAJATKU

Entah pada malam-malam yang mana aku kucurkan Air hujan dari celah-celah mendung mataku
Dengan segenap prajurit  do’a, aku kirimkan di belantara Langit roja’ku,

Ya Aziz, Engkaulah yang Maha Mulia, Sedangkan aku Hina
Ya Kudus, Engkaulah yang Maha Suci, Sedangkan aku kotor
Ya Qowi, Engkaulah yang Maha Kuat, Sedangkan aku Lemah
Ya Ganiy, Engkaulah yang Maha Kaya, sedangkan aku miskin

Ya Aziz, Ya Kudus, Ya Qowi, Ya Ganiy Engkaulah yang Maha Mulia, Maha Suci, Maha Kuat, Maha Kaya
Sedangkan aku Hina, Kotor, Lemah dan Miskin

Tak ada kemuliyaan bagiku karena  kemuliyaan Adalah MilikMu
Tak ada kekuatan bagiku karena kekuatan adalah kepunyaanMu
Tak ada kesucian bagiku karena kesucian adalah HakMu
Tak ada kekayaan bagiku karena kekayaan adalah KekuasaanMu

Aku, hidupku, Ajalku, rizkiku dan jodohku Engkaulah yang menggariskanNya
Tak ada yang bisa mentukan Ajalnya, jika sudah waktunya tak ada seorangpun yang dapat menolaknya
Tak ada yang bisa menentukan jodohnya, kepada siapa ia akan dipertemukan
Tak ada yang bisa menimbang-nimbang rizkinya, seberapa banyak ia akan mendapatkannya

Hingga akhirnya aku bersimpuh di haribaanMu,
Penuh hina
Penuh kotor
Penuh lemah
Penuh miskin
Memasrahkan semua Urusanku kepadaMu,
Karena tak ada kekuatan selain kekuatanMu
kepadaMu aku memuja Dan kepadaMu aku meminta

15 November 2013


PERTUNANGAN
Seperti malam-malam biasanya, menghadiahkan kado itu adalah tugas rembulan memapah setangkai sandiwara yang tak pernah terbongkar walau bias syahadat diantara pojok-pojok sepertiga malam telah terhambur, kemudian lantunan istigfar tak henti-henti berloncatan dari bibir goa mulut sang bintang, tanpa menghiarukan bunyi-bunyian yang tak pernah terlintas dalam bayang,
aku ingin bertunangan dengan jibril supaya ia akan selalu memberitakan apa yang telah tuhan rencanakan untukku, apa yang telah dan akan terjadi,
aku ingin bertunangan dengan mikail agar ketika dia diberi tugas untuk menyampaikan riski, dia selipkan riski untukku walau secuil untuk memastikan bahwa aku belum tiba umurku rapuh,
aku ingin bertunangan dengan israfil sebab dikala tiupan sangkakala yang kedua kalinya sebagai tanda pembangkitan kembali tiba, aku ingin menjadi orang yang pertama kali dibangunkan oleh israfil,
aku ingin bertunangan dengan izrail karena aku ingin ia akan perlambat waktunya ketika mancabut nyawaku hingga akupun bisa menikmati hidup lebih lama lagi,
aku ingin bertunangan dengan raqib dan atid, agar ia memberikan yang terbaik atas catatan amal perbuatanku,
aku ingin bertunangan dengan mungkar nakir, agar ia datang kepadaku dengan wajah yang tidak menyeramkan lagi dan membutaku tidak ketakutan dalam menjawab pertanyaannya,
aku ingin bertunangan dengan malik dan ridwan, agar di dalam neraka aku tak terbiasa hingga  radwan menjemputku dan membawaku ke sorga.
ilahi lastu lilfirda si ahla
wala aqwa alannaril jahimi
wahabli taubatan wagfir dunubi
fainnaka gafirun danbi adhimi

20 November 2013

KETIKA SEMUANYA HANYA SYMBOL SPIRITUAL
Iya aku sudah mendengarnya, adzan subuh itu adalah suara takbir dan syahadat
Yang menggetarkan dinding jiwa, bahkan bukan hanya sekali aku merasakannya
Tetapi setiap kali adzan subuh, rasa itu berkelana ke sekujur ruas tubuh,
Dari belahan sum-sum yang dibalut Tulang, tulang yang dibalut daging, daging yang dibalut kulit, kulit yang dibalut kesempurnaan bentuk tubuh, dan

Aku mendengarnya dari dasar jiwa yang bertalu-talu,
Ini sebuah isyarat bahwa satu waktu akan Tiba,
Yaitu waktu yang telah menjadi azimat untuk mengenal siapa hamba, dan siapa yang disembah
Tapi aku belum mengerti, kepada siapa aku beribadah dan apa tujuanku beribadah

Tak terperikan memang, jika semua tindakan kosong
Ibadah menjadi bohong
Sekalipun solat,zakat,puasa tapi menajdi pembohong
Siapa yang bohong,
Ialah dalam ibadah tapi tak beribadah,
ketika solat, zakat, tapi tak mengingat
saat berpuasa tapi berpura-pura

Masalahnya ibadah hanya dijadikan symbol spiritual keagamaan
Siapa yang tidak tahu solat, zakat dan puasa
Semuanya tahu,
Tapi bagaimana cara mengingat, dan supaya tidak berpura-pura lagi
Ini yang sulit, ketika semuanya hanya symbol spiritual,
Maka ibadah ibarat memanah tanpa melepaskan anak panah.

23 November 2013


KISAH UNTUK BUNDA
Bunda,
Banyak kisah yang telah aku lupakan bersamamu
Karena sudah lama aku tak tidur lagi di pangkuanmu
Kenakalanku yang seringkali membuatmu gelisah
Hanya menyisakan penyesalanku dalam kesah

Bunda,
Andai saja waktu itu aku sudah bisa menanam bebunga untukmu
Mungkin saja kau tak lagi merasakan jemu
Namun aku malah ciptakan lebih banyak lagi keringat
Dari pada pengorbananmu yang tak mampu aku ingat

Bunda,
Apakah aku tergolong anak durhaka seperti Malin kundang dalam Dongeng
Atau sebelum kau abadi, kau mandikan aku dulu dengan maafmu yang tanpa tanding
Apa yang harus aku perbuat, jika azimat duniaku telah hilang
Apa yang harus aku perkuat, jika dalam tamat aku hampir menjelang

Bunda,
Maafkan aku jika dalam waktu-waktu mustajab tidak jarang kau terlupakan
Maafkan aku jika dalam relung batinku kau seringkali terkuburkan
Aku tahu bahwa umurku belum genap untuk menggantikanmu
Aku tahu bahwa dalam tindakanku  takkan mampu merayumu

Bunda,
Andai aku bisa mengulang kisah itu
Maka aku akan mengubah semua itu
Tak akan aku kerjakan hal yang membuatmu tersinggung
Tak akan aku lakukan menumpuk dosa yang menggunung

Bunda,
Sebelum aku tahu hakikat ridha
Sebelum aku tahu hakikat sorga
Kaupun tenggelam dalam keabadian yang nyata
Aku tak mampu berbuat apa-apa
Hanya air mataku yang tumpah
Dalam genangan jiwa yang mulai resah

Bunda,
Baru aku tahu
Bahwa diriku dan dirimu sudah tak Satu
Kau terlalu jauh meninggalkanku
Membuatku terpana dan terpaku

Bunda,
Aku hanya bisa mengirim do’a untukmu
Tak lagi bisa mengecup punggung tanganmu
Hanya bisa mengingatmu
Tak lagi bertemu

Bunda,
Padahal kerinduanku telah memuncak
Aku  ingin bergumam dan berdecak
Sambil merapalkan nyanyian nasihatmu
Aku rampungkan syair ini untukmu

Bunda,
Dengan segenap cintaku kepadamu
Hingga aku tak mampu bedakan mana cinta untuk kekasihku dan cinta untukmu
Namun ada sebulir rindu yang utuh kepadamu
Tanpa aku sisakan kepada selainmu

Bunda,
Aku tak tahu bagaimana mengakhirinya
Sama halnya dengan aku tidak menyadari bagaimana memulainya
Aku tak tahu bagaimana meninggalkannya
Sama halnya dengan aku tidak menyadari bagaimana menemuinya.

Beraji, 18 Desember 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar