Kamis, 21 November 2013

Puisi



BIBIRKU TELAH KAKU

Bibirku telah kaku mengahamburkan pelembab romantis-romantis cinta
Lantaran telah lama di rundung kepiluan

Mataku telah sayu menatap keindahan cinta
Karena sudah jauh aku memutar kenangan di ambang qalbu,,,,,,

Namun itu bukan sebuah isyarat getir
Ketraumaan jiwaku dalam pemburuan cinta
Sehingga  perlu kau petik kembali biola perjalanan yang pernah kita sulam bersama……

Oh,,,,,,, perempuan yang kubingkai dengan taburan rindu
Bukan malam yang mengasingkan aku dari keramaian
Serta bukan resah yang aku tangisi
Tapi,,,,, pana asmaraku telah patah di ujung alismu
Tak kunjung habis gubahan syahdu ini aku derukan
Entah mengapa padahal pasir tandus
Menggulung daun jagung yang baru saja
Membuncit ingin menyaksikan alam,

Serta seruan tuhan kini taklagi jadi penuntun kehidupan
Larangan tuhan kini tak lagi sebagai rem,,,,,,keimanan
Semuanya telah kembali kezaman jahiliyyah
Yang kuatlah yang banyak hartanya, yang kuatlah yang banyak istrinya
Senyum kemaluan saat ini  berbulir tak pernah memilih mahal,,,
Baik kesunyian maupun keramaian tetap akan terkiprah.

Beraji,2013
RANTAI PENGEMBARAAN
Sebenarnya wujud itu awalnya samar 
Sebelum melengkungkan tasbih diantara belantara ,
Seasing binal matanya meanatap rembulan yang karat diatas mendung,
Sunyi mengumandangkan luruh abjad
Pada kesombongan selaksa rantau dibeberapa zaman,
Aku belum sempat menghatamkan perkara rayuan itu
Karena sekalipun embun subuh merinai roh keabdian disekujur tubuhku
Laksana matahari terbit namun sinarnya  tak mengeluk dedaunan.

Runtuh sudah bangunan yang kita buai selama seribu abad yang lalu
Angin lupuling telah mengetahui penginapan kita lantaran kabut yang bersandiwara
Dibalik keangkuhan memukimkan muara sumbang dikejauhan percakapanku dengan sunyi.
Aku terbekuk dengan rantai pengembaraan.

28 februari 2013
SEAMSAL BEDUK

Sudah lama aku meninggalkan jalan yang telah merekah dipersimpangan perselingkuhan
Di persentuhan jiwaku menemani kehidupan ini yang penuh kekeringan.

Tak sempat mengumpat kegembiran dan mengusir kesedihan
Tak ada kebahagian dan juga kesedihan terlampau menjimpratku
Bila kutahu pada kemarau yang berkepanjangan dan penghujan yang berkepanjangan tentu tak ada yang lebih memenangi di relung-relung perjalanan.

Sumpah sekalipun aku tak mendambakan kebahagian dan tak mengharap kesedihan
Tentu saja semua akan terjuntai di ambang pelestarian kehidupan
Karena diriku seamsal beduk yang terpatri di hiwalah mesjid yang akan ditabuh jikalau sampai
waktunya mengalunkan adzan dan mendirikan solat,
Beraji, 2013

GEMURUH JIWA

Sebetulnya aku masih membutuhkan rindu yang pernah engkau titip melalui nyanyian angin malam namun entah mengapa rembulan tak lagi ngintip dibalik tabir kegelisahanku selama ini menjadi pengayun kecembrutan yang melunta-lunta di ambang kegelisan.

Akupun kini telah menggulung wajah perawan itu dipersujudan
Dan aku curhatkan pada tuhan tentang dia dan aku,,,,,,
Bila sajak-sajak ini terentet dalam pantai kasihMU
Dan kau warnai dengan keagunganMU maka akan kurampungkan kali in ijuga sebagai sajak keluh kesah hidupku hanya padaMU

Batu putih, 2013



HATI SIAPA YANG TAK BERGETAR INI

Di dalam musafir gelap ini, kita tak  sempat mengalirkan air di ubun dini
Padahal malaikat mulai menyingsingkan jubah membangunkan abdi-abdi yang soleh, tak ada arti hidup mengelupas selama tembang kemaksiatan menggeluti sesajen pernafasan,

Lihatlah betapa hancur dunia diporak-porandakan oleh sesosok tengkuk yang membulirkan kesenjangan hidup,
kita disutradarai oleh ifrit,,,,,,
mereka dibimbing oleh nafsu,,,,,,
kalian ditunggangi oleh wanita,harta,dan tahta

Didalam ibadah kita tembangkan kebutuhan dahir tak lagi memikirkan batin,,,,, padahal yang LATIF mengetahuinya hati siapa yang tak bergetar ini….
Merimbunkan lumbung kegaduhan dengan jaring semerbak endapan bisu dengan kebajikan.

Beraji, 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar