Rabu, 20 November 2013

puisi



BILA SENJA MENGUMANDANGKAN LIUR KEHIDUPAN


Bila senja mengumandangkan liur kehidupan
Niscaya sekepal roh menitikkan musim disudut keremangan
Karena tak mampu lagi membaringkan sejuk  sesusut rinai embun
Syahadat yang pernah terluncur di hati kini mulai memudar
Terbesit riung himne di pagi hari.

Samapai tiba nanti senyum menggedor –gedor serak di ambang pintu yang gontai, menyibak seribu dahaga bergelantung di bawah leher kemarau
Seperti pekikan kuda binal di kesunyian malam.

By: ef. Amin el fibyan.
Pangarangan, 26 maret 2012



TATKALA ISRAFIL MENIUP SANGKAKALA


Mungkin fajar telah kehilangan gemintang
Sementara tatkala matahari mulai menatap
Sebinal perjalanan burrok dari masjidil haram ke masjidil aqso
Menunddukan angin yang berhembus tak bersahabat,

Lengkap dengan jubah israil menemani muhammad
Dan tatakala israfil meniup sangkakala,
Angin-angin mengantarkannya menuju persemedian gendang telinga
Seluruh roh diperintah untuk bangkit kembali
Mendatangi tempat yang telah sewajarnya dihuni

Ada yang menggunting lidah hingga buntung
Ada yang membawa perutnya sebesar kubah
Dan tak jarang kita jumpai orang yang mminum
Nanah dan darah yang selalu mengalir deras
Disetiap hembusan nafas. Sampai tiba akhirnya penghisapan.

By: ef. Amin el fibyan
Pangarangan, 26 maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar