Kamis, 21 November 2013

puisi-puisi




AMIN
                            : sekelumit do’a

Amin, ,,
Bila bulir jagung mulai menjulang tinggi
Para petani mulai tersenyum, berikut
Mengaplikasikan dzikir dalam ibadahnya,
Amin jeritnya,,,,,

Amin,,,,
Bila kuda mulai meringkkik sepertiga malam,
Setan-setan berhamburan
 dan malaikat menemani malam menyalakan cahaya ketuhanan
amin serunya,,,,,

amin,,,,
bila burung-burung berkicau digelitik fajar
tasbih mulai terpatri diparuhnya
memulihkan kerisauan pagi hingga petang
menengok wajah dunia,
amin aduhnya,,,,,,,

amin,,,,
bila angin mulai bernyanyi, lambaian dedaunan sebagai not nadanya
llengking semilir rindu mulai tersampaikan sealipun tak jelas
amin derunya,,,,,
bila riak air mulai gerah ikan-ikan tak lagi berdansa
karena arus semakinparah
amin luapnya………
10 februari 2012

API

Sebnarnya aku ingin pulang,
diantara kejauhan sunyi menyetubuhiku
menjelmakan keruh daihatiku
pada sajak ini aku tulis sketsa
ketidak kerasan , kebimbangan,kerisauan,kegundah gulanaan
 pada setumpuk asa perampungan puisi-puisiku,
 namun api yang menyala diubun senjaku tak kunjung padam.

Tuhan jeritku,,,
Bila esok hari aku datang dengan gaun kesempurnaan
akankah ia tak mau melirik tumbal pada aliran senyumku.
 Pos ronda 10 Februari 2012
DI PESARENANKU*

Ih,,,, riak air merengkuh pendengaranku membimbangkan suasana disubuh gigil disudut-sudut sunyi menakut-nakutiku, pedih perih bercampur baur, tak sanggup melepaskan keremangan yang dikomandangkan oleh susut bunyi beduk dirumahMU tuhan.
                                
Merah fajar ditimur mengasinskan malam,
 liur yang membentuk peta disamping kanan kiri mulutku
belum sempat aku  tanggalkan di pesarenanku,
bahasa yang kutuangkan pada selembar  daun keasingan,
kini mulai melahirkan sajak-sajak ritual keabdian,
saban hari aku semburkan pengakuanku
atas kelemahan yang melumpuhkan ketakaburan,
melukis sekujur  deru kesan kekuatan yang tiada tanding.

Oh,,,, ajal yang Engkau titipkan pada sekeping rongsokan raga yang busuk, alangkah enggan dunia menyaksikannya, karena peluh berseteru mengalir dari bilik badan yang tak perna diseka dengan keimanan,padahal sebagai ganti pemberian percuma ilah sudah tak terhiraukan lagi.

Sayonara sudah usai memenggal leher-leher para pendekar  malam,
hingga saat ini tak mampu aku boyarkan tutupan rapat bola matanya,
padahal sudah raibuan kali geger pekik ayam  menyemir warna siang
namun tak tersejukkan sekalipun separit mimpi kebanjiran,

 Pos ronda 10 Februari 2012
catatan:
di pesarenanku: di tempat tidurku


MENYAUK  KEKEKALAN

Hujan tadi malam tak sempat mengguyur taman didadaku
Hanya memoles ritual kembang tuju rupa disusudut jiwa
Sekali lagi baru kali ini aku usir badai resahku,
Dengan menyauk kekalan.

 Pos ronda 10 februari 2012




AKU DAN MIMPIKU

Aku dan mimpiku mulai mengungkapkan sejarah
Pad debur buih ombak
Melintang pendekar yang bersampan kesebrang
Mendesain biru kehidupan sebiru langit

Semenanjung masa depan mengibarkan sejuk peradaban
Letup perjuangan berkaca-kaca dilututnya
Kubelai bebunga yang berjejer
Di sepanjang jalan menuju kabut itu
Untuk kuungkapkan esok pada mentari

Sejatinya sekalipun badai menjelma gunung
Untuk mencairkan tubuh birahiku
Rasanya tak kan mampu mendekapnya
Karena semuanya telah kumunajatkan
Pada setangkai pengorbanan

 Pos ronda,11 februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar