AMIN
: sekelumit do’a
Amin, ,,
Bila bulir jagung mulai menjulang tinggi
Para petani mulai tersenyum, berikut
Mengaplikasikan dzikir dalam ibadahnya,
Amin jeritnya,,,,,
Amin,,,,
Bila kuda mulai meringkkik sepertiga malam,
Setan-setan berhamburan
dan
malaikat menemani malam menyalakan cahaya ketuhanan
amin serunya,,,,,
amin,,,,
bila burung-burung berkicau digelitik fajar
tasbih mulai terpatri diparuhnya
memulihkan kerisauan pagi hingga petang
menengok wajah dunia,
amin aduhnya,,,,,,,
amin,,,,
bila angin mulai bernyanyi, lambaian dedaunan
sebagai not nadanya
llengking semilir rindu mulai tersampaikan
sealipun tak jelas
amin derunya,,,,,
bila riak air mulai gerah ikan-ikan tak lagi
berdansa
karena arus semakinparah
amin luapnya………
10 februari 2012
API
Sebnarnya
aku ingin pulang,
diantara
kejauhan sunyi menyetubuhiku
menjelmakan
keruh daihatiku
pada
sajak ini aku tulis sketsa
ketidak
kerasan , kebimbangan,kerisauan,kegundah gulanaan
pada setumpuk asa perampungan puisi-puisiku,
namun api yang menyala diubun senjaku tak
kunjung padam.
Tuhan
jeritku,,,
Bila
esok hari aku datang dengan gaun kesempurnaan
akankah
ia tak mau melirik tumbal pada aliran senyumku.
Pos ronda 10 Februari 2012
DI PESARENANKU*
Ih,,,,
riak air merengkuh pendengaranku membimbangkan suasana disubuh gigil
disudut-sudut sunyi menakut-nakutiku, pedih perih bercampur baur, tak sanggup
melepaskan keremangan yang dikomandangkan oleh susut bunyi beduk dirumahMU
tuhan.
Merah
fajar ditimur mengasinskan malam,
liur yang membentuk peta disamping kanan kiri
mulutku
belum
sempat aku tanggalkan di pesarenanku,
bahasa
yang kutuangkan pada selembar daun
keasingan,
kini
mulai melahirkan sajak-sajak ritual keabdian,
saban
hari aku semburkan pengakuanku
atas
kelemahan yang melumpuhkan ketakaburan,
melukis
sekujur deru kesan kekuatan yang tiada
tanding.
Oh,,,,
ajal yang Engkau titipkan pada sekeping rongsokan raga yang busuk, alangkah
enggan dunia menyaksikannya, karena peluh berseteru mengalir dari bilik badan
yang tak perna diseka dengan keimanan,padahal sebagai ganti pemberian percuma
ilah sudah tak terhiraukan lagi.
Sayonara
sudah usai memenggal leher-leher para pendekar
malam,
hingga
saat ini tak mampu aku boyarkan tutupan rapat bola matanya,
padahal
sudah raibuan kali geger pekik ayam
menyemir warna siang
namun
tak tersejukkan sekalipun separit mimpi kebanjiran,
Pos ronda 10 Februari 2012
catatan:
di
pesarenanku: di tempat tidurku
MENYAUK KEKEKALAN
Hujan
tadi malam tak sempat mengguyur taman didadaku
Hanya
memoles ritual kembang tuju rupa disusudut jiwa
Sekali
lagi baru kali ini aku usir badai resahku,
Dengan
menyauk kekalan.
Pos ronda 10 februari 2012
AKU
DAN MIMPIKU
Aku dan
mimpiku mulai mengungkapkan sejarah
Pad
debur buih ombak
Melintang
pendekar yang bersampan kesebrang
Mendesain
biru kehidupan sebiru langit
Semenanjung
masa depan mengibarkan sejuk peradaban
Letup
perjuangan berkaca-kaca dilututnya
Kubelai
bebunga yang berjejer
Di
sepanjang jalan menuju kabut itu
Untuk kuungkapkan
esok pada mentari
Sejatinya
sekalipun badai menjelma gunung
Untuk
mencairkan tubuh birahiku
Rasanya
tak kan mampu mendekapnya
Karena
semuanya telah kumunajatkan
Pada
setangkai pengorbanan
Pos ronda,11 februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar